Serpihan Kaca

Rokho W
Chapter #4

Kabar Duka


Jakarta, 2022

Berita mengejutkan datang dari dunia hiburan tanah air. Ella Dayanti, istri dari sutradara kondang Rizal Samudra, ditemukan meninggal dunia di kediamannya. Polisi menduga penyebab kematian adalah bunuh diri, setelah ditemukan sepucuk surat yang diduga ditulis oleh Ella. Namun, dugaan ini memunculkan kontroversi di antara orang-orang terdekatnya.

Kehilangan yang membekas bagi sahabat lama. Salah satu orang yang paling terpukul oleh kabar ini adalah Kirana Nayla Salsabila, pewarta berita ternama sekaligus sahabat Ella sejak masa SMA. Nayla menolak percaya bahwa Ella, seseorang yang dikenal penuh cinta terhadap diri dan keluarganya, tega mengakhiri hidupnya sendiri.

“Ella adalah pribadi yang kuat, dia mencintai hidupnya. Selalu penuh semangat membicarakan anak-anak dan mendukung karier Rizal. Mustahil dia melakukan sesuatu yang begitu bertentangan dengan nilai-nilai yang dia pegang teguh,” ujar Nayla saat diwawancarai.

Sebagai sahabat, Nayla merasa ada sesuatu yang tidak wajar, akan kematian Ella. Beberapa hari sebelum kejadian, Ella masih sempat menghubunginya untuk berbicara tentang proyek baru yang ingin ia jalankan bersama Rizal. Selain itu, surat yang ditemukan di lokasi kejadian memiliki gaya penulisan yang menurut Nayla tidak mencerminkan Ella sama sekali.

“Saya mengenal Ella selama bertahun-tahun. Kalau pun dia sedang tertekan, dia selalu mencari solusi, bukan menyerah. Surat itu terlalu mencurigakan, karna bukan tulisan dari Ella.” tambah Nayla dengan nada tegas.

Rumor mulai berkembang bahwa kehidupan rumah tangga Ella dan Rizal tidak seharmonis yang terlihat. Beberapa orang dekat menyebutkan bahwa tekanan dari kehidupan publik, pekerjaan Rizal yang menyita waktu, dan ekspektasi tinggi dari masyarakat membuat Ella sering merasa terisolasi. Bahkan, beberapa tetangga mengaku mendengar suara pertengkaran dari rumah mereka malam sebelum tragedi terjadi.

Dengan pengalamannya sebagai jurnalis, Nayla memutuskan untuk menyelidiki kasus ini. Ia merasa bertanggung jawab untuk mencari kebenaran atas kematian sahabatnya. 

“Ella bukan hanya sahabat saya, dia adalah bagian dari hidup saya. Saya tidak bisa membiarkan namanya tercoreng dengan dugaan yang mungkin tidak benar,” ujarnya.

Nayla memulai penyelidikannya dengan mencari informasi dari orang-orang terdekat Ella, termasuk staf rumah tangga, tetangga, dan rekan kerja. Ia juga menghubungi beberapa pakar hukum dan psikologi untuk menganalisis bukti-bukti yang ditemukan di tempat kejadian.

Rizal Samudra belum memberikan pernyataan resmi mengenai kejadian ini. Keluarga besar Rizal juga memilih untuk bungkam, sementara publik terus mendesak agar ada transparansi terkait kasus ini.

Apakah benar Ella mengakhiri hidupnya sendiri, atau ada sesuatu yang lebih dalam di balik tragedi ini? mami Nayla bertekad untuk menemukan jawabannya, tidak hanya untuk mengenang sahabatnya tetapi juga demi keadilan yang mungkin sedang diperjuangkan oleh arwah Ella.

***

Setelah pemakaman Ella, Nayla menemukan kejanggalan pada kasus kematian sahabatnya. Nayla menemukan lingkaran yang tergambar di telapak tangan Ella, luka di pergelangan tangan Ella terlihat terlalu rapi untuk disebut bunuh diri, dan hasil forensik menunjukkan posisi tubuh Ella tidak sesuai dengan teori tersebut. Bukti lainnya, jejak sepatu asing dan tanda-tanda bius di tubuh Ella memperkuat dugaan Nayla bahwa ini adalah pembunuhan.

Kecurigaan Nayla bertambah ketika pola kematian Ella mengingatkannya pada kasus pembunuhan berantai yang terjadi saat masa SMA mereka, yaitu memiliki ukiran lingkaran di tubuhnya. Ia bertanya-tanya:

1. Apakah pembunuh berantai dari masa lalu masih bebas?

2. Ataukah ada seseorang yang meniru pola pembunuhan itu?

Untuk mendapatkan jawaban, Nayla memutuskan menemui Bram Wijaya, pelaku yang pernah mengaku bertanggung jawab atas kasus tersebut. Bram kini mendekam di penjara lebih dari dua dekade.

Nayla memasuki ruangan kunjungan dengan hati berdebar. Di sana, Bram Wijaya, pria berusia akhir 50-an duduk di balik meja besi dengan tatapan kosong dan tangan terborgol.

"Terima kasih sudah mau bertemu saya, Pak Bram," ucap Nayla, mencoba menenangkan dirinya.

Bram tersenyum dingin.

"Waktu di sini berjalan lambat. Pertemuan seperti ini cukup menghibur," jawabnya, disertai tawa serak yang terdengar sinis.

Nayla mencondongkan tubuh, tatapannya tajam. 

"Saya di sini bukan untuk menghibur. Sahabat saya, Ella Dayanti, meninggal dengan pola yang mirip pembunuhan yang anda akui dulu. Apakah anda tahu sesuatu tentang ini?"

Bram menyilangkan tangan di atas meja, senyum samar menghiasi wajahnya. 

"Ah, Ella Dayanti. Salah satu dari kalian yang bertahan, ya? menyedihkan."

"Jangan bermain-main, Pak Bram! Anda tahu sesuatu, bukan? apakah anda terlibat? atau anda tahu siapa yang melakukannya?"

Bram tertawa keras, lalu menatap Nayla tajam. 

"Terlibat? Saya sudah di sini selama dua dekade. Bagaimana mungkin saya terlibat?"

"Anda mengaku bersalah! Bukti waktu itu mengarah pada Anda!" Nayla membalas dengan suara bergetar.

Bram tersenyum dingin lagi. 

"Aku hanya bidak kecil. Dalang sejati masih ada di luar sana, mengamati kalian."

Lihat selengkapnya