Serpihan Rahasia

Riris WN
Chapter #1

Prolog

Berkali kali Andrea menahan nafasnya. Dia berjalan pelan menyelusuri lorong menuju perpustakaan. Tempat yang seharusnya tidak asing baginya karena sudah hampir setahun selalu ia datangi. Di sana biasanya ia menikmati duduk sendiri dengan membaca buku. Kadang dengan sebungkus roti selai nanas yang baru saja ia beli dari kantin. Namun, kali ini dia tidak membawa roti dan belum berpikir akan membaca buku apa nanti. Yang ada dalam benaknya adalah pertanyaan, bisakah aku menuju ke sana?

Dentuman keras dari jantungnya masih bertalu. Debarannya semakin kencang saat mendekati tempat itu. Sudah seminggu ini dia tidak ke sana, karena harus melewati lorong yang menjadi tempatnya melihat kejadiaan beberapa waktu lalu. Peristiwa yang membuat hatinya terasa tidak enak.

Rencana dalam benaknya tadi pagi saat sarapan adalah dia akan menutup matanya, mengempalkan tangan, merapalkan mantra ‘aku bisa, aku bisa, aku bisa’ dan berlari hingga sejauh pintu perpustakan, berbalik kemudian masuk ke dalam. Nyatanya saat berdiri dengan mata terpejam seperti sekarang malah membuatnya bisa mendengar suara-suara lebih jelas. Otaknya seperti sebuah recorder yang menyetel ulang sebuah rekaman.

Siang itu, Andrea juga berjalan di lorong ini. Mendengar banyak suara teriakan dan kasak kasuk yang mengerikan.

“Banyak darah di sana. Sepertinya tengkoraknya pecah.”

Lihat selengkapnya