Hari ini 40 hari setelah kepergian mas Grasto keharibaan Yang Maha Kuasa, mas Grasto benar, kami memang dipersatukan, namun kami belum berjodoh. Saat ini kandunganku sudah masuk bulan kedua, rumah yang aku tempati terasa sangat sepi. Biasanya ada yang aku tunggu pulang, tapi sekarang tidak ada lagi.
Aku mencoba mengisi waktu dengan mengikuti pengajian di Majelis Ta'lim, karena secara spiritual aku memang sangat membutuhkannya. Ini adalah wujud dari rasa syukurku kepada Tuhan yang sangat menyayangiku, sehingga aku bisa lepas dari perbuatan maksiat dan dosa yang dulu pernah aku jalani.
Dipertemukannya aku dengan Mas Grasto, tidak terlepas dari rencana-Nya, dari Majelis Ta'lim pulalah, akhirnya aku ingin mengubah cara berpakaianku, kalau sebelumnya aku berpakaian biasa saja, sekarang aku mencoba berpakaian yang lebih syar'i. Banyak yang mencibir cara berpakaianku sekarang, aku dianggap munafik.
Tapi In Sha Allah, aku akan menyesuaikan cara berpakaianku, dengan perilakuku, aku akan tetap istiqomah dengan segala perubahan ini.
Setelah wafatnya mas Grasto, banyak sekali laki-laki yang ingin menikahiku, karena merasa simpati dengan keadaanku, namun semua aku anggap sebagai sesuatu yang biasa saja, aku belum bisa mencari pengganti mas Grasto begitu saja.
Secara kebutuhan hidup, aku sudah cukup dari apa yang ditinggalkan mas Grasto. Jadi kebutuhan secara materi, aku tidak terlalu memikirkannya. Hanya saja kadang aku butuh teman untuk berbagi masalah, bersyukurnya, hal seperti itu pun bisa aku dapatkan di Majelis Ta'lim.
Saat ini orang yang bisa aku percaya untuk berbagi masalah, hanyalah mas Todhy, sahabat karib mas Grasto, juga Dumas stafnya mas Grasto. Mas Todhy sering menanyakan kabarku, juga kesehatan kehamilanku, perhatian seperti itu bagiku sudah cukup.
Ada seorang lelaki, yang juga temannya mas Grasto, dia seorang pengusaha yang sukses, statusnya duda dengan dua anak, namanya Tyasto Subroto. Mas Tyasto juga cukup punya perhatian, dan rasa simpati terhadapku, pernah menawarkan berbagai bantuan secara materi, namun aku belum bisa menerimanya.
"Seruni, aku minta nomor rekening kamu"
"Untuk apa mas?