Selepas menunaikan sholat subuh, sekitar pukul 04:55, ada notifikasi WhatsApp masuk di hape, aku tidak tahu dari siapa, karena unknown number. Seperti biasa, pesannya ngajak kenalan bla bla bla gitu deh, ujung-ujungnya mengajak menikah, dan mirisnya lagi-lagi mengajak poligami.
Apa memang seperti itu ya kalau jadi janda, dipandang rendah, dan dianggap mudah digoda dengan materi. Kenapa orang sampai berpikir begitu, apa karena janda jadi dianggap butuh segala-galanya. Aku cuma bisa memperbanyak istighfar, aku gak mau su'udzon sama perilaku lelaki seperti itu.
Aku memang janda, aku butuh pendamping hidup, tapi aku juga tidak mengobral diri agar bisa cepat menikah lagi. Suamiku baru saja meninggal, kok ya aku harus melupakan dia begitu saja, aku tidak akan semudah itu. Bagiku, jodoh itu datang seperti halnya rezeki, meski perlu dicari, tapi juga tidak bisa mudah menerima yang datang dengan begitu saja.
Banyak hal yang harus aku pertimbangkan, belum tentu yang datang itu akan menjadi hak-ku, bisa saja itu bukanlah hak-ku. Bagiku hidup biarlah mengalir seperti air, tidak ada yang harus dikejar dengan tergesa-gesa, kalau sudah saatnya, semua akan indah pada waktunya.
Aku memang mantan seorang pelacur jalanan, tapi biarlah itu cuma menjadi bagian masa lalu. Hidupku dari hari kehari, harus lebih baik. Sekali aku bertobat, aku tidak akan mengulanginya lagi, begitulah ketaqwaan yang harus aku jalani, aku sangat yakin, tidak ada dosa yang tidak diampuni Tuhan, selain dosa antara sesama manusia.
Selepas aku sarapan pagi, mas Todhy telepon aku, dia menanyakan kesehatanku, juga tentang kehamilanku. Mas Todhy adalah tipikal lelaki yang tahu cara menghargai seorang wanita, tidak pernah sekali pun dia berusaha untuk mencari-cari kesempatan dalam kesempitan.
Mas Todhy adalah tempat ku meluapkan berbagai keluh kesah, dan orang yang selalu siap membantuku disaat sedang sudah. Itulah yang membuat aku tidak terlalu larut dalam kesedihan, aku merasa, sosok mas Grasto ada pada mas Todhy. Hanya saja, mas Todhy lebih tegas untuk mengatakan tidak, terhadap hal-hal yang tidak disukainya.
"Runi, kamu masih dalam suasana berkabung, karena kepergian Grasto belumlah lama"
"Tetaplah isi hari-hari kamu dengan aktif di majelis ta'lim, karena spiritualitas itu penting"