Seruni

Aji Najiullah Thaib
Chapter #3

Catatan 3

Ada yang tidak biasa aku alami hari ini, kehamilanku mau memasuki bulan ketiga. Entah kenapa perasaan rinduku sama mas Grasto begitu kuat. Ada keinginan menziarahi makamnya, untuk sekadar bercerita kepadanya, meskipun dia sudah berada dialam lain. Meskipun setiap selesai sholat, aku selalu mengirimkan doa untuknya.

Kadang, ada keingin berjumpa dengannya, meskipun hanya dalam mimpi. Mas Grasto, adalah lelaki yang sangat berbeda, jika dibandingkan dengan lelaki yang pernah aku kenal. Dia mudah sekali memberikan maaf pada siapapun yang sudah bersalah terhadapnya.

Itulah makanya, aku sangat sulit untuk pindah kelain hati, padahal kadang aku sangat merasa kesepian, sangat ingin ditemani seseorang yang menintaiku. Selama dua tahun bersama mas Grasto, sejak kami pacaran, sampai menikah, belum pernah sekalipun dia marah. Dia selalu ingin ketenangan, tidal ingin ada keributan dan pertengkaran.

Sekarang, dari sekian orang yang mendekatiku, aku baru melihat kalau mas Todhy yang sifatnya mendekati mas Grasto. Orangnya gak banyak omong, tidal suka cari perhatian, dan juga tindakannya semua sangat wajar, tidal ada yang dipaksakan. Kadang aku ada keinginan berbincang-bincang banyak dengannya, tapi dia bukanlah tipikal laki-laki yang suka banyak bicara.

Pernah suatu kali, saat kami sama-sama pulang dari pemakaman, sepanjang jalan kami hanya banyak diam, mas Todhy kalau tidal diajak bicara, dia tidak akan bicara, sehingga aku serba salah, dia sangat berwibawa, itulah yang membuat aku sungkan. Bisa jadi karena dia menganggap aku sedang berduka, dia dia tidak ingin banyak bicara.

Pernah juga suatu saat, aku mampir kekantornya di Gedung DPR, aku mampir keruangannya setelah aku selesai mengambil barang-barang mas Grasto, yang ada di kantor. Dia senang sekali menerima kedatanganku,

"Hai Seruni, mas senang banget kamu mau mampir, kamu sehat?

" Alhamdulillah sehat mas, aku barusan dari ruang kerja mas Grasto, untuk ambil barang-barangnya yang masih tertinggal"

"Oh ya, inilah istana kecil mas, disinilah kami sering ngobrol sama almarhum, kadang mas kalau ingat dia, suka sedih sendiri, karena dia selalu ramai kalau ngobrol"

"Mas Todhy udah makan? Tanya Seruni pads Todhy

" Kamu sendiri sudah makan belum? Bumil gak boleh telat makan lho"

Akhirnya aku dan mas Todhy, makan siang bersama di Plaza Senayan, aku disuruh ikut mobil dia, dan mobilku dibawa sama sopirnya. Selama makan siang, dia juga tidak banyak bicara, kalau tidak aku yang mendahului bicara. Dia banyak cerita tentang keluarganya, dia sekarang merasa sebagai seorang ayah dan sekaligus menjadi seorang ibu.

Lihat selengkapnya