Hari ini lebih banyak melamunkan kenangan terkahir bersama Grasto, berbagai pirasat yang aku terima sebelum kepergiannya. Saat itu dia sangat manja, ingin tidur dipangkuanku. Ucapan-ucapannya sudah seperti memberikan isyarat, kalau dia ingin meninggalkanku,
Flashback
"Runi, mas ingin merayakan kesembuhan mas ini bersama kamu"
"Besok, kita makan malam bersama ya, kita cari tempat makan yang romantis, mas ingin sekalian mengenang masa-masa kita pacaran dulu"
Mendengar tawaran mas Grasto, aku bukan malah senang, malah tambah sedih. Ada perasaan yang mengganjal dalam hatiku.
"Kenapa Runi? Kok kamu tidak gembira menerima tawaran mas?
" Aku senang kok mas, cuma aku terharu aja sama tawaran mas, mas gak berubah, tetap seperti saat kita pacaran dulu"
"Kamu doakan ya, semoga mas sehat-sehat aja, nanti begitu mas sudah tidak berpolitik lagi, kita hidup didesa aja ya, cari hidup yang damai bersama anak kita"
"Aamiin, mas akan sehat-sehat aja, In Sha Allah, udah sekarang mas istirahat ya, biar besok malam kita bisa makan malam bersama"
"Mas mau tiduran dipangkuan kamu, karena mas nyaman banget tidur dipangkuan kamu, sambil liat gerakan bayi yang ada dikandungan kamu"
Seruni mengajak Grasto kekamar, seperti biasanya, Seruni menyender dikepala tempat tidur, dan Grasto berbaring di pangkuan Seruni.
Secara mental, aku sudah mempersiapkan diri untuk menghadapi hal yang terburuk. Bahkan aku sudah mempersiapkan diri kalaupun ada apa-apa dengan mas Grasto. Aku jadi ingat pesan mas Grasto saat itu, bahwa dia sudah mempersiapkan deposito untuk aku dan anaknya,