Seruni

Aji Najiullah Thaib
Chapter #5

Catatan 5

Aku tetap mempercayai bahwa jodoh itu adalah misteri, merupakan hak prerogatif Tuhan, tidak satu manusia pun bisa mencampurinya. Makanya itu tidak terlalu memperdulikan hal itu, kadang yang sudah kita nikahi pun belum tentu jodoh kita. Itulah yang aku alami saat ini, aku pikir mas Grasto adalah jodohku, ternyata Tuhan hanya utus dia untuk memperbaiki akhlakku.

Aku juga tidak lagi berani untuk berprasangka kalau mas Todhy adalah jodohku, bisa saja apa yang aku anggap baik, namun belum tentu baik dalam pandangan Tuhan. Kadang yang tidak kita sukai, malah disukai Tuhan, begitulah misteri kekuasaan Tuhan, yang tidak bisa kita campuri.

Hari ini aku mau cerita tentang mimpi aku semalam, mas Grasto datang menemuiku, aku merasa semua itu semuanya seperti nyata. Dia datang dalam tidurku, dia membelai perutku yang mulai membesar, dia menangis sedih sambil terus membelai perutku,

"Runi, anak yang ada diperut kamu, adalah anakku, buah cinta kita, kamu tidak usah ragu membesarkannya"

Aku terbangun dari mimpiku, aku cari mas Grasto disekitar kamarku, aku tidak menemukannya, aku benar-benar rindu. Aku sedih, aku menangis, aku keluar dari kamar, aku sangat berharap bisa menemuinya, aku tidak merasa kalau itu cuma mimpi. Seluruh sudut rumah sudah aku susuri, namun aku tidak menemukan mas Grasto.

Aku mencoba untuk berwuduk, aku tunaikan sholat tahajud, aku tumpahkan semua isi hatiku dihadapan Tuhan, aku mendoakan mas Grasto, aku ingin dia selalu datang, meskipun hanya dalam mimpi.

Seperti itulah mimpiku tentang lelaki yang sangat aku cintai, lelaki yang sudah mengubah hidupku untuk lebih mengenal Tuhan. Pagi ini aku ingin bercerita pada mas Todhy, tentang mimpi aku semalam, belum sempat aku telepon dia, tiba-tiba aku dikagetkan dengan kedatangan mas Tyasto.

Mas Tyasto datang tanpa memberitahu terlebih dahulu, awalnya dia telepon tentang kondisi kehamilanku, dan aku tidak tahu kalau saat itu sebetulnya dia sudah berada dirumahku, tiba-tiba saja dia muncul didepan pintu rumahku,

"Maaf Runi, kalau kedatangan mas mengganggu kamu, mas mau ngomong sesuatu, boleh mas masuk?

" Kita bicara di teras aja ya, mas kan tahu aku ini janda yang tinggal sendiri dirumah, aku gak mau nanti malah jadi fitnah"

Lihat selengkapnya