Tidak seperti biasanya, pagi ini mas Todhy datang lebih cepat. Bersama mas Todhy, terlihat ada Dena dan Raini yang menyertainya. Aku menyapa mereka di halaman depan,
"Selamat pagi mas, selamat pagi Dena, Raini sayang" aku cium tangan mas Todhy, ini untuk pertama kalinya aku lakukan, dan aku peluk cium Dena, juga Raini.
Mungkin mas Todhy aneh melihat sikapku pagi ini, tapi itulah memang sikap yang ingin aku lakukan terhadap mas Todhy dan anak-anak. Aku sudah menganggap mereka menjadi bagian dari hidupku.
"Assalamu'alaikum Runi, maaf pagi-pagi mas sudah ke rumah kamu" ujar mas Todhy
"Wa alaikum salam, Gak apa-apa mas, aku senang kok, mas gak buru-buru kan? Tanyaku pada mas Todhy
"Kenapa Runi? Ada yang ingin kamu bicarakan?
"Ya mas, aku mau cerita mimpi tentang mendiang mas Grasto"
Ternyata mas Todhy harus buru-buru mau ke airport, ada kunjungan ke daerah, dan dia menitipkan anak-anak selama dua hari sama aku, jadi belum sempat mendengarkan ceritaku. Aku senang mas Todhy memberikan amanah untuk menjaga anak-anaknya, tapi aku juga kangen sama mas Todhy, sudah beberapa hari gak ngobrol dengannya.
Mas Todhy janji setalah pulang dari kunjungan kerja, akan siapkan waktu untuk aku. Setelah mas Todhy pergi, aku ajak anak-anak untuk sarapan pagi, mas Todhy tadi sampai gak sempat sarapan. Aku coba mendekati Dena, aku bertanya apa yang biasanya disiapin mamanya saat sarapan pagi.
Pagi ini aku mencoba memosisikan diri aku seperti mama mereka, aku tanya sarapan apa yang mereka suka. Ternyata anak-anak mas Todhy tidak terlalu rewel soal menu sarapan. Tidak mudah mengambil hati Dena, aku berusaha memperlakukan dia sebaik mungkin.
"Dena sayang, apa yang kamu sangat ingat dari mama? Aku coba tanya Dena
Dena tidak langsung jawab, saat aku tanya seperti itu, dia hanya menatapku sambil terus sarapan. Aku sangat berharap dia akan mengatakan sesuatu, agar aku tahu apa yang membuat dia rindu sama namanya.
"Mama baca Al Qur'an sebelum aku tidur" jawab Dena
"Dena mau tante bacain Al Qur'an sebelum kamu tidur nanti? Aku tanya gitu pada Dena