Kemarin mas Todhy sampai malam di rumahku, kami membicarakan banyak hal. Memang yang menjadi fokusnya saat ini adalah kondisi kehamilanku, tapi dia juga serius membahas soal pembangunan Mesjid dengan Dimas. Aku lebih banyak mendengarkan pembicaraan mereka.
Meskipun kehamilanku agak berat sekarang ini, namun aku tetap melakukan aktivitas rutin yang biasa aku lakukan, cuma saja aku memang sudah tidak bebas lagi bergerak. Kehamilanku memang sudah memasuki usia ke enam bulan, tapi aku merasakan seperti hamil besar, karena badanku tambah gemuk.
Hari ini rencananya akan kembali periksa ke dokter, setelah urusan pembangunan selesai dibicarakan dengan Dimas. Mas Todhy wanti-wanti sama Dimas, urusan Mesjid ini nantinya akan di serahkan kepada Dimas sepenuhnya,
"Dim..kita anggap aja semua ini memang sudah sesuai dengan rencana Tuhan", kata mas Todhy
"Maksudnya gimana pak?" Tanya Dimas
"Kamu hadir diwaktu yang tepat, saat kita sedang merencanakan pembangunan Mesjid, dan kamu orang yang sangat dekat dengan soal itu", kata mas Todhy lagi
Dimas masih belum memahami apa yang dikatakan mas Todhy, aku bilang sama Dimas, karena dia alumni Pesantren, maka dia adalah orang yang tepat untuk mengurus soal itu. Bukan cuma saat pembangunan, tapi setelah Mesjid itu jadi, Dimas yang akan di tunjuk sebagai pengelolanya.
Akhirnya Dimas baru faham, dan dia sangat bersyukur diberikan amanah tersebut, baginya apa pun pekerjaan tujuannya adalah pengabdian kepada Yang Maha Kuasa, apa lagi mengurus dan mengelola tempat ibadah.
"Yah mudah-mudahan Allah Meridhoi apa yang sedang kita lakukan ya pak", kata Dimas
Aku dan mas Todhy mengamini ucapan Dimas. Setelah Dimas pamit mau menyelesaikan urusan pembayaran tanah, aku dan mas Todhy pergi ke dokter, kami pamit sama mbak Sum, mbak Sum mendoakan agar aku tetap sehat.
Dalam perjalanan ke dokter, aku menanyakan kabar anak-anak sama mas Todhy. Mas Todhy cerita bahwa anak-anak rindu tidur sama aku, mereka merindukan aku mengaji untuk mengantar mereka tidur, seperti yang biasa dilakukan mamanya.