Satu bulan kemudian
Mesjid yang di bangun memakan waktu kurang lebih dua bulan, sekarang tampak begitu megah secara keseluruhan. Meskipun tidak terlalu besar, namun untuk ukuran sebuah Mesjid, tidaklah terlalu kecil, bagi penduduk setempat Mesjid itu menjadi satu-satunya di daerah tersebut.
Artinya upaya pembangunan Mesjid itu sangatlah bermanfaat bagi kepentingan orang banyak. Seperti rencana aku dan mas Todhy semula, Mesjid itu akan diresmikan berbarengan dengan acara pernikahan kami.
Dari luas tanah kurang lebih 300 meter persegi, dimanfaatkan untuk bangunan juga ada halaman yang cukup luas. Daya tampung mesjid ini memang tidak banyak, tapi untuk menampung jamaah dilingkungan perumahan cukup memadai.
Aku melihat hasilnya setelah jadi, diluar perkiraanku, karena memang dari anggaran yang disediakan malah hasilnya melebihi perkiraan. Mesjid itu tidak besar, namun karena disainnya bagus, jadi terlihat cukup besar.
Rencana pernikahanku dan mas Todhy memang cukup dengan prosesi akad nikah, tidak ada pests peresmian, itulah makanya aku ingin acara yang sederhana ini bisa dilaksanakan di Mesjid yang sudah kami bangun.
Hari ini menjadi hari yang bersejarah bagi aku dan mas Todhy, disamping peresmian Mesjid, juga hari pernikahanku dan mas Todhy. Kami berkumpul di Aula Mesjid, yang berada persis disamping Mesjid. Aku dan anakku, juga mas Todhy beserta keluarganya sudah hadir di Mesjid sejak pagi.
Dari pihak keluargaku memang tidak ada yang hadir, yang menjadi Wali nikahku adalah Ustad yang biasa mengajarku di Majelis Taklim. Sementara untuk menjadi saksi dari pihak keluargaku, diwakili oleh Dimas.
Aku merasa sedih dengan keadaan ini, karena aku tidak bisa menghadirkan keluargaku. Ibu dan ayahku sudah lama wafat, sementara adik satu-satunya yang aku miliki sedang sakit. Seperti itulah kondisi keluargaku sejak lama, aku memang seperti anak yang hidup sebatang kara, itulah kenapa aku sangat bersyukur dipertemukan Allah dengan mas Grasto.