"makasih, ya. Kalau gak ada kamu, aku gak tau mau cerita sama siapa lagi. Makasih ya, udah selalu ada, you are my best friend."
Best friend? Yap, kalau bukan karena kalimat itu mungkin aku udah lama nembak kamu, Ra. Dua kata sederhana namun sudah cukup untuk menjadi batas diantara kita yang membuat aku selalu ragu untuk melewatinya. Dua kata itu juga yang membuat aku kembali memendam dalam-dalam perasaan yang kupunya untukmu. Sehingga patah hati, barangkali adalah hal yang harus kuakrabi.
Bukan karena aku pengecut, bukan karena aku tidak mau berjuang. Hanya saja, aku tidak mau merusak apa yang sudah ada. Aku tidak mau menciptakan boomerang yang mana pada akhirnya akan menghancurkan diriku sendiri. Menciptakan bom waktu yang kapan saja bisa meledak dan menghancurkan kita berdua. Mungkin memang benar kata fiersa besari, 'bahwa beberapa rasa memang harus dibiarkan menjadi rahasia. Bukan untuk diutarakan, hanya untuk disyukuri keberadaannya.'