Serupa Senja, Kita pun Tenggelam

Teman Tualang
Chapter #2

Saat Hujan Turun



Padang, 2016. Sore itu dibawah langit yang sedang bagus-bagus nya. Aku berjalan diantara keramaian menyusuri trotoar di tepi pantai Padang. Cuaca memang sangat bagus, akan sangat rugi apabila tidak dinikmati. Lama aku berjalan hingga sampai pada sebuah jembatan yang lokasinya tepat di belakang hotel pangeran beach. Lokasi nya strategis, tampak sangat cocok untuk menikmati suasana sore itu. Pantai Padang memang merupakan salah satu destinasi wisata favorit di Kota padang. Jadi, wajar saja kalau sore-sore begini Pantai Padang tidak pernah sepi pengunjung.

Tak jauh dari tempat aku berdiri, ada sebuah gerobak pedagang penjual minuman. Aku pun berjalan mendekat ke arah gerobak itu, dari balik gerobak, tampak seoarang bapak-bapak umur 40an sedang menjajakan dagangannya.

"Pak, Kopi hitam nya satu ya!" 

"Siap dek, silahkan duduk dulu!"

Setelah memesan satu gelas kopi, aku beranjak ke samping gerobak tersebut. Disana sudah tersedia beberapa kursi yang bapak itu sediakan untuk pelanggannya, posisi nya tepat berada di tengah jembatan, dan mengarah ke laut lepas. Sambil menikmati suasana sore itu, aku memutar lagu fiersa besari pada android yang sudah terhubung dengan earphone. Menikmati secangkir kopi sembari ditemani lagu fiersa besari dengan view fana merah jambu, adalah hal sederhana yang menyenangkan. 

"Permisi, kak!" Sebuah suara terdengar samar-samar di telinga ku. Aku menoleh ke arah sumber suara, seoarang gadis dengan rambut sebahu dengan kaos berlogo DIERY berdiri di sebelah kanan ku sambil menenteng satu set alat lukis. 

Aku melepaskan earphone dari telinga, "Bicara dengan saya, kak?" Tanyaku memastikan apakah memang gadis ini sedang mengajak ku bicara.

Dia mengangguk dan tersenyum, "maaf saya boleh gabung disini gak kak?", Dia menunjuk kursi kayu panjang 2 meter yang sedang aku duduki, "soalnya gak ada tempat kosong lagi," sambung nya. 

Ia meminta izin kepadaku untuk duduk di bangku yang sama denganku. Aku menoleh kesekitar benar saja, bangku yang tadi masih kosong sekarang sudah penuh oleh pengunjung lainnya. Karena memang aku lebih dulu duduk disitu, jadi wajar saja dia meminta izin dulu kepadaku. 

"Boleh, silahkan! Gak perlu izin juga gak papa kok, lagian ini tempat umum, jadi siapapun boleh duduk disini." Aku mempersilahkan nya untuk duduk, lalu aku melanjutkan kembali menikmati pemandangan di depan ku.

"Makasih, kak." Ucap gadis itu, kemudian ia duduk di bangku yang sama denganku.

Tak lama setelah dia duduk, gadis tersebut langsung membuka alat-alat lukis yang dia bawa, seperti nya dia akan melukis disini. Benar saja, tangan nya mulai menari-nari diatas skechtbook miliknya.

Menurutku kemampuan nya dalam melukis lumayan bagus, sebab tak lama setelah beberapa kali ia mengoleskan kuas, kerangka lukisan nya sudah mulai tampak. Mungkin dia sedang melukis matahari yang sebentar lagi akan tenggelam. Sebab apa yang ia lukiskan kurang lebih sama dengan apa yang aku lihat didepan sana. Fana merah jambu dengan matahari yang hampir tenggelam.

"Lukisan yang bagus."

"Hahaha, makasih kak. Tapi sejujurnya masih ada yang kurang sih, tapi saya bingung juga kurang nya dimana?" 

"Boleh saya kasih saran?" Tanyaku.

Lihat selengkapnya