Serupa Senja, Kita pun Tenggelam

Teman Tualang
Chapter #6

Cerita Dari Sang Ibu

Malam semakin larut tapi mata kami masih belum mau terpejam. Aku dan Thomas duduk di balkon kamar kos ku. Sambil ditemani segelas kopi dan satu batang rokok kami asyik berbincang-bincang perihal keindahan lukisan yang tadi kami lihat di Fabrik Block. 

"Kamu lihat tidak lukisan perempuan yang sedang menangis tadi?" Tanyaku pada Thomas yang asyik dengan ponsel nya.

"Lihat, lukisan yang penuh makna. Banyak luka dan amarah yang tersembunyi di dalamnya. Sepertinya pelukisnya sedang patah hati ketika melukis itu," balas Thomas tanpa menoleh ke arahku.

"Patah hati ya, bisa jadi. Tapi patah hati itu banyak jenisnya, ada yang disebabkan oleh kekasih atau bisa juga disebabkan oleh hal lain yang melukai hatinya," ucapku.

"Kamu keliatannya penasaran betul sama lukisan itu, ada apa Gem?" Tanya Thomas.

"Aku kenal pelukisnya"

"Lah kenapa tidak kamu tanya langsung ke orang nya?"

"Nah, itu dia masalah nya. Aku todak yakin dia mau menceritakan hal semacam itu kepadaku, secara kami baru juga kenal."

"Tadi Aku lihat kamu mengobrol bersama seorang gadis di depan lukisan itu, apa dia yang kamu maksud?"

"Benar Thom, Namanya Ara. Kami bertemu dua bulan yang lalu di taplau. Waktu itu Aku datang ke taplau untuk melihat senja, kemudian dia datang dan meminta izin untuk duduk di sebelahku karena bangku yang di sebelahku itu satu-satunya yang masih kosong."

"Terus gimana kelanjutan nya?"

"Waktu itu ketika kami sedang berbincang tiba-tiba hujan turun, dan kami terjebak di salah satu kedai minum tempat kami memesan minuman, beruntung tempatnya lumayan bisa untuk kami berteduh. Ternyata gadis itu sedang buru-buru untuk pulang, jadi aku meminjamkan payung ku kepadanya."

"Onde mande, sudah macam novel roman aja pertemuan kalian, terus bagaimana sudah ada perkembangan?"

"Perkembangan apa?"

"Masak gak tau sih, Gem. Kalian sudah pacaran kah?"

Aku mendadak tertawa mendengar perkataan Thomas barusan, bagaimana mungkin Aku dan Ara berpacaran sedangkan kenal saja belum berapa lama.

"Saran ku, kau pepet terus dia Gem. Itu produk langka loh, jarang-jarang ada yang kayak dia. Sudah cantik pandai melukis lagi, cocok sama kau yang hobi menulis ini."

"Menurutmu Aku cocok dengan dia?"

"Benar dugaanku, kau sudah jatuh cinta pada gadis itu rupanya."

Lihat selengkapnya