Serupa

Delpiariska
Chapter #4

Agustus terlalu ramai

Sebaran jadwal pembelian tiket Sheila On 7 Tunggu aku di- menjadi salah satu nafsu mata Adine kali ini. Menjalani hidup diperantauan membuat Adine cenderung amat menghemat pengeluaran. Terlepas dari kewajiban cicilan yang dia miliki, pembelian makanan ternyata cukup besar pengeluarannya. Belum lagi biaya kos. Gaji Adine jauh dari UMR membuat keadaan harus memaksa Adine berhemat. Kalau istilah gen z sih frugal living. Postingan pertama di sosial media menjawab hawa nafsu yang harus dipenuhi. Adine tahu kemungkinan kecil sekali bisa nonton konser dengan tiket paling murah setara dengan setengah gaji miliknya, tapi tidak apa, bisa menghemat kalau untuk ini.

Pada hari pembelian tiket dibuka, kerjaan Adine sedang padat-padatnya. Satu anak yang Adine jaga bertingkah cukup rewel. Belum lagi jaringan internet Adine putus nyambung sudah seperti mengidupkan api dengan batu. Berulang kali login dan menunggu antrean, berulang kali keluar kembali dan mengulang lagi masuk diantrean baru yang cukup tinggi nomornya. Belum mendekati azan ashar tiket sudah habis terjual. Akhir dari kesibukan Adine kekalahan war ticket. Suasana yang terjadi langsung Adine abadikan di salah satu fitur IG.

"Kalah War ticket!"


Tidak berselang lama Adine mendapat pesan whatsapp dari Lisa.


"Eh,dapat tiket SO7?"

"Kalah war aku.

Bolak balek keluar. Ngulang antrean terus. Dah lah emang enggak rezeki."

"Nonton Hindia aja yok sama aku!"

"Hindia? Dimana?

Aku kalau jauh-jauh kali enggak bisa. Budget. Terus libur mana bisa lama."

"Enggak, di Medan. Nanti kukirim linknya! Tapi sekarang udah habis. Nunggu moonsale kedua aja nanti eee!"

"Ouh, bisa aku! Okelah nanti dikabarin!"


Februari berlalu, awal Maret Adine yang terlalu merasakan butterfly era akan Cahyadi mengambil tindakan berani. Dia berubah menjadi cegil kembali. Ya, kalau diingat-ingat setiap kali Adine berada di butterfly era, Adine selalu menjadi perempuan berani yang menyatakan perasaannya lebih dulu. Tanpa pendekatan signifikan. Tiba-tiba bilang suka. Kali ini Cahyadi bukan orang pertama yang menjadi targetnya.

menurut aku ini dia pasti suka sama aku, jelas kali loh ini setiap story dia masa iya selalu kebetulan sama aku. Terus waktu unggahnya pun berbarengan. Atau paling lambat setelah aku unggah story.

Hal tersebut memenuhi kepala Adine. Membuatnya tertawa di waktu tertentu. Aktif sosmed lebih lama. Sebentar-bentar buka sosmed. Menjadi pengguna aktif yang mengunggah story di pukul 12.00, 14,00, 16.00, dan paling larut 00.00 wib.

Mengenai Cahyadi, laki-laki ini lebih muda setahun dari Adine. Perawakannya saja yang terlihat seumuran dengan Adine. Sosmed bukanlah wadah pertama Adine mengenalnya. Akhir 2019 November Adine bertemu dengannya pertama kali. Pada saat itu Cahyadi sama sekali bukan laki-laki yang memenuhi kepala Adine. Menarik iya, tapi bukan sasaran utama penglihatan matanya. Adine sedang sibuk dengan perasaannya terhadap laki-laki lain. Cahyadi dalam keadaan serupa. Sedang menjalin hubungan dengan perempuan asal daerahnya. Perempuan Aceh yang kecantikannya diakui Adine. Sepadan dengan Cahyadi. Maka dari hari pertemuan itu hingga akhir 2023 tidak ada hal yang menyangkut pautkan pertemanan Adine dan Cahyadi dalam konteks cinta. Tidak ada sama sekali.

Menurut Adine, Cahyadi memang memiliki fisik yang sesuai tipenya namun usia yang lebih meniadakan ketertarikan lebih lanjut. Adine hanya menganggapnya seorang adik. Tidak lebih. Karir Cahyadi pun membaik. Cahyadi sudah bekerja di salah satu naungan instansi pemerintahan, hal kedua yang semakin membuat Adine tidak tertarik.

Akhir 2023, Cahyadi mulai rutin mengambil tulisan Adine, menyalin ulang tanpa membubuhi tanda air Adine.

Sekali dua kali, lalu semakin sering Cahyadi menyalin tulisannya untuk diunggah menjadi story. Adine tidak mempermasalahkan, tidak menegur dan bertanya. Adine hanya senang tulisannya ada yang menyukai walaupun harusnya diberikan tanda air bahwasanya tulisan itu miliknya.

Lama-lama, unggahan story Adine dan Cahyadi mulai berbarengan. Tanpa disengajai oleh Adine sendiri, saat menyadari hal tersebut Adine mencoba di hari esoknya melakukan tes, benar. Cahyadi memang mengambil waktu yang berbeda beberapa detik dari waktu unggahan awal Adine. Kemudian mengambil kebiasaan waktu-waktu unggahan Adine. Tak hanya itu, beberapa kali Adine dan Cahyadi saling berkomunikasi dengan prosa yang mengambil salah satu kata yang sama kemudian saling mengunggahnya di sosmed. Dikarenakan hal inilah Adine menduga bahwa Cahyadi memiliki perasaan terhadap Adine. Hal itu terus berlanjut hingga awal Maret.

Butterfly era Adine semakin menjadi-jadi. Kepalanya penuh dengan Cahyadi. Terlalu berisik. Terlalu mengganggu. Bahkan ketika salat pun Cahyadi meramaikan kepala Adine. Rasa penasaran dan butterfly era ini membuat Adine tidak nyaman. Meski ini terkesan hanya mencintai sepihak, tapi harus Adine tuntaskan. Jika sebelumnya Adine menuntaskannya dengan doa, kali ini Adine akan mengungkapkan perasaannya langsung. Mencari tahu jawaban sebenarnya akan perasaannya juga. Untuk mengetahui langkah apa yang harus dilakukan setelahnya.

Awal Maret Adine menelpon Cahyadi, menjadi cegil yang cukup berani. Ternyata Adine bukanlah seorang yang piawai berbicara untuk urusan asmara. Kecakapan bicaranya hanya berlaku pada orang-orang yang sudah memasuki zona nyaman Adine. Selebihnya Adine mengalami gugup dan beku. Telepon pertama tidak berhasil Adine mengungkapkan perasaan. Esok harinya Adine menelpon kembali, dan kalimat itu keluar dengan baik.

"Aku suka sama kau."

Lihat selengkapnya