SESAL

Prihatiningsih
Chapter #1

PAGI

" Den bangun den...wis awan ( sudah siang) hari ini waktunya ulangan ( ujian) lho , ngkuk mundak telat ( nanti terlambat)". Seperti biasa suara mak Nah membangunkan Umar dg campuran bahasa Jawa yang kental. Mak Nah sudah bekerja pada keluarga ini jauh sebelum Umar lahir. Mak Nah sudah seperti Nenek bagi umar, karena mak Nah lah yg telah membesarkan Umar sampai sebesar ini.

Mak Nah selalu meninggalkan Umar setelah memastikan nya masuk kamar mandi. Kemudian segera bergegas menyiapkan sarapan pagi.

Umar terlihat rapi menuju meja makan. Di lihatnya papa dan mamanya sibuk dengan urusan masing-masing. Papanya sibuk membolak balik koran pagi sedangkan mamanya sibuk dengan hp di tangan. Tak sedikitpun mata mereka beralih memandang Umar yang dengan sengaja menjatuhkan sendok untuk menarik perhatian orang tua. Seperti biasa mak Nah mengambil sendok itu dan menggantinya dengan yg baru. Sudah sejak kecil Umar mencari perhatian orang tuanya dengan cara seperti itu. Bahkan sudah menjadi kebiasaan kalau makan seperti genderang perang, sendok , garpu , piring saling beradu. Itupun tak bisa memalingkan perhatian orang tuanya kepadanya. Sebenarnya pak faruq dan bu fera sangat menyayangi putra satu-satunya itu. Mereka pikir uanglah yang bisa memberikan kebahagiaan bagi putranya itu. Umar memang selalu tampak bahagia, tapi itu hanya kebahagiaan yang semu. Kebahagiaan yang hilang saat malam menjelang.

Di tempat lain, seorang ibu sibuk menyiapkan sarapan juga untuk anaknya. Nasi putih dengan lauk sisa lauk yang dihangatkan. Kemudian dia setrika baju seragam dan menggosok sepatu yang telah usang. Dia lakukan itu dengan penuh kasih sayang. Dia masukkan buku pelajaran dengan do'a yang dipanjatkan.

"YA Allah, mudahkanlah urusan putraku hari ini. Berikan kepadanya hanya ilmu yang manfaat dunia akhirat, Aamiin" itulah do'a yang selalu dipanjatkan tiap kali menyiapkan kebutuhan putranya.

"Assalamualaikum", terdengar suara putranya dari luar

Lihat selengkapnya