April, 2020
"Sepertinya papa mau pensiun bawa motor." Kata papa Rena sembari mengunyah apel kupasan Rena.
"Rena udah bilang ratusan kali. Soalnya jiwa muda papa untuk ngebut masih ada. Itu bikin Rena khawatir."
"Ren..."
"Iya Pa?"
"Bagaimana perasaanmu bertemu kembali dengan Reno?”
“Pa… please. No… Nggak usah bahas itu.” Rena menolak untuk membahas Reno.
“Frankly speaking, kamu itu termasuk orang yang tidak mudah jatuh cinta. Laki-laki yang dekat denganmu selama ini, ya itu-itu saja. Hanya Reno dan Tristan, teman laki-lakimu yang papa tahu. Sebagai laki-laki, papa tahu mereka memang yang terbaik. Kamu pintar memilih.”
Rena tertawa geli dengan perkataan papanya. “Jadi papa mau siapa yang dijadikan menantu?” Tanya Rena—menantang papanya untuk menjawab. Sebab papanya terlalu berlebihan.
“Hm…”
Rena benar-benar tertawa kali ini. Sepertinya papanya serius membahas ini. “Pa, seriously? Stop it!”
“Tristan.”
DEG! Papa Rena sepertinya benar-benar memikirkan pertanyaan yang Rena ajukan. Jawabannya pun mengejutkan. Sosok Reno yang mungkin lebih banyak papanya ketahui tapi tidak menjadi alternatif jawabannya. Tristan? Why?
“Reno itu masa lalu, Ren. Sekarang dia punya kehidupan yang pasti berbeda dari yang dulu. Papa hanya tidak mau kamu stuck di sosok itu. Buka mata dan hatimu. Jujurlah pada dirimu sendiri.”
Mata Rena berkaca-kaca mendengar apa yang dikatakan papanya. Papanya ternyata sangat memperhatikannya, apalagi urusan cinta.