Sesal

Martha Giovani
Chapter #15

Ternyata

April, 2020

 

“Tasya hebat sekali! Cuma sebentar kok di rumah sakit. Kalau kamu mau makan dan minum dengan baik, besok Dokter izinkan untuk pulang.”

“Benar, Dok? Hore!!!”

“Janji ya? Ya sudah, Dokter pamit dulu ya.” Pamit Rena pada Tasya yang sedang menjalani rawat inap karena demam berdarah. “Mari, Bu.” Pamit Rena pada mamanya Tasya.

Ddddrrtttt drrrrtt… Baru saja keluar dari ruangan Tasya, HP Rena bergetar. Biasanya, Rena tidak peduli dengan HP yang berbunyi saat bekerja. Entah, Rena penasaran siapa yang menghubunginya di tengah hari seperti ini.

Setelah menerima panggilan telepon dari nomor yang tidak dikenal, Rena bergegas ke sebuah kafe dekat rumah sakit tepat ketika kerjaannya sudah selesai. Rena bisa segera menemui seseorang yang sudah menunggunya di sana.

“Hai,” sapa seorang perempuan berambut pendek dengan poni menutupi dahinya. Terlihat imut karena bentuk kepalanya yang mungil. Meski demikian, penampilannya dewasa. Rapi dengan pakaian kerja dan sepatu heels 5 cm.

Rena membalas dengan senyum dan menghampiri perempuan yang sudah duduk ditemani dengan segelas minuman kopi yang dingin.

Rena duduk di hadapan perempuan itu dengan canggung. “Udah lama nunggu?”

“Ah enggak. Baru aja sampai. Nih minumanku juga baru aja mendarat di meja.”

“Apa kabar?” Tanya Rena, masih canggung.

“Seperti yang kamu lihat. Aku harus sehat sampai di hari pernikahanku nanti.”

“Ngomong-ngomong, selamat ya. Aku baru aja dengar berita bahagia itu beberapa hari lalu.”

“Makasih.”

“Put... jujur aku canggung banget bertemu kamu setelah sekian lama. Tapi aku juga senang bahwa kita bisa kembali. Apapun yang terjadi di masa lalu, aku minta maaf. Memang ini udah terlambat. Andai aku minta maaf kala itu, pasti...”

“Rena... justru aku yang harus minta maaf. Aku minta maaf atas sikapku waktu itu. Aku terlalu kekanakan. Makanya, aku mau memperbaiki hubungan kita. Kita buka cerita baru kita. Dan... I miss you so bad!

Rena bangkit dari duduknya, begitu pula Putri. Mereka berpelukan dengan air mata membasahi pipi mereka. Ada penyesalan, adapula kebahagiaan yang menyelimuti mereka.

***

Ajaib, hanya dalam seminggu saja Rena dan Putri sudah kembali akrab seperti dulu. Sudah tidak ada lagi perasaan canggung yang semula mereka rasakan.

“Rena, kamu baca majalah bisnis?” Tanya Putri setelah melihat sebuah majalah tergeletak di meja samping tempat tidur Rena.

“Eh.” Rena yang baru saja keluar dari kamar mandi langsung merebut majalah itu.

“Kenapa? Mau nutupin sesuatu ya? Tapi sayangnya aku udah paham.” Ledek Putri senyum-senyum.

Benar juga. Hanya dengan melihat halaman sampul saja pasti Putri sudah bisa menyimpulkannya. Dengan pasrah, Rena meletakkan majalah itu di tempat semula. Tidak ada yang bisa ia tutupi.

“Ketika kemarin ke toko buku, aku lihat majalah ini. Karena penasaran, aku beli.”

“Penasaran dengan judul kecilnya kan? Reno Wijaya tentang sosok yang dirindukan. Iya kan?"

Rena menghela nafas. “Mau makan apa?”

Putri menarik Rena untuk duduk di atas kasur bersamanya. Seakan Putri memahami isi hati Rena.

“Aku udah memutuskan untuk tidak bertanya tentang saat dulu, meski aku penasaran. Tapi kali ini rasa penasaranku harus diobati. Sebenarnya ada apa saat itu? Kenapa Tristan? Ada apa dengan Reno? Pasti dengan keadaanmu seperti sekarang ini ada kaitannya dengan mereka.” Putri bertanya dengan serius.

Lihat selengkapnya