Sesal

Martha Giovani
Chapter #17

Pertanda

April, 2020

 

Melihat keadaan Reno semalam yang tidak sehat dan mendengar cerita Pak Joni bahwa Reno jarang sarapan, Rena mendadak berinisiatif membuatannya bubur. Bubur resep mamanya yang menjadi kesukaan Reno kala dulu.

Setelah jasa kirim online berlalu dari depan rumahnya, Rena menghela nafas. Ia tidak tahu apakah perbuatannya ini benar atau tidak. Mengetahui bahwa kehidupan Reno yang mungkin membosankan, melelahkan, dan hampa membuat Rena ingin berteman dekat dengan Reno. Ia sudah meyakinkan diri bahwa tindakannya ini karena Rena merasa simpati pada Reno.

“Ngirim apaan, sih?” Tanya Tristan yang tiba-tiba muncul di depannya dengan berpakaian olahraga. Ya, Tristan sedang lari pagi keliling komplek.

“Ah bukan apa-apa.” Jawab Rena singkat. Ia teringat kemarin sore tentang perempuan yang menunggu di teras rumah Tristan. Rena benar-benar tidak ingin bicara banyak pada Tristan.

“Hm... aku masuk dulu, ya.” Rena pamit.

“Btw, nanti malam kita dinner, yuk?”

Rena berbalik, “Kayaknya nggak bisa, deh. Lain kali ya.”

“Oh... oh oke kalau gitu.”

Rena segera berlalu dan masuk rumah. Jantungnya berdegup tidak karuan. Berat sekali ternyata rasanya menolak ajakan Tristan. Tetapi hatinya tidak bisa menerima bahwa Tristan berbohong padanya dengan tidak menceritakan Helena. Tidak. Tristan tidak berbohong. Dia hanya menyembunyikan hal lain darinya.

Ponsel Rena bergetar saat dirinya sedang meeting bersama dokter spesialis mengenai bayi yang menderita hydrasephalus.

“Semoga lancar operasi besok, Dok.” Ucap Rena pada Dokter Satrio, dokter spesialis bedah saraf yang sudah cukup berumur, bahkan lebih tua dari papa Rena.

“Ya terima kasih. Besok jangan sampai terlambat ya. Ini kali pertama kamu akan mengamati pemasangan selang cairan untuk kasus hydrasphalus kan.”

“Siap, Dok!” Jawab Rena dengan senyuman lebar. Rena senang sekali untuk kesempatan ini.

Setelah Dokter Satrio dan dokter lainnya berlalu dari ruang meeting, Rena segera membuka ponselnya.

[From: Reno] Thanks ya.

Reno mengiriminya pesan dengan sebuah foto sarapan yang Rena kirim untuk Reno. Rena tidak menyangka Reno mengetahui bahwa Rena mengiriminya sarapan.

[From: Reno] I never forget your beautiful handwritten.

Balas Reno setelah Rena membalas bagaimana Reno mengetahui makanan itu dari Rena. Rena tiba-tiba tertawa karena teringat betapa jeleknya tulisan Reno.

“Eh ketawa sendiri!”

“Kak Sandra!” Rena terkejut dengan kedatangan Dokter Sandra, rekan sesama departemen.

Lihat selengkapnya