Malam ini Rena memilih untuk pulang ke rumah mama dan papanya. Ia merasa penat dan butuh bercengkrama dengan kedua orang tuanya. Kebetulan juga Bayu dan keluarganya datang sehingga membuat suasana lebih hangat.
"Jessy, Jesslyn, jangan ganggu Tante Rena dulu ya. Tante Rena lagi sakit." Sherly, istri Bayu mengingatkan anaknya yang hendak mengajak Rena bermain ular tangga.
"Liat ponakan kembar, Tante Rena jadi semangat lagi! Yuk main ular tangga. Yang menang dapat hadiah dari Eyang!"
Rena bangkit dari baringannya di sofa ruang keluarga. Segera bergabung dengan keponakan kembarnya yang siap dengan papan ular tangga di meja.
Permainan berakhir dengan Jessy yang memenangkan permainan. "Aku menang!"
"Aku gak mau minta hadiah sama Eyang. Minta sama Tante aja ya?"
"Apa, tuh?"
"Jessy dan Jesslyn pengen saudara sepupu." Pinta Jessy.
Hal itu membuat semuanya tertawa, tak terkecuali mama dan papa Rena yang sedang makan malam di meja makan.
"Anak SD udah bisa aja minta kayak gitu." Tukas Rena yang jadi terhibur dengan permintaan keponakannya yang masih polos.
"Kita serius! Teman-teman kita tuh ya sering jalan-jalan sekeluarga besar. Dan sepupunya banyak, jadi rame. Lah kita cuma berdua. Minta adik aja gak dikasih sama mama dan papa." Jelas Jesslyn.
Rena semakin terbahak. "Papa Bayu, Mama Sherly, ada yang minta adik nih lho!"
"Dua anak cukup!" Tegas Bayu yang sedang mengerjakan sesuatu dengan tabletnya.
"Tambah satu bisa, lah Sayang." Goda Sherly pada Bayu yang memang hanya ingin memiliki 2 anak saja.
Setelah semalam tidur di rumah orang tuanya dan menghabiskan waktu bersama keponakan kembarnya, Rena menjadi pulih. Dirinya sudah sehat, meski nafsu makannya yang belum kembali. Karena sudah berenergi, Rena pulang ke rumahnya pada Minggu sore.
"Lho, Put? Dateng kok gak bilang-bilang?" Rena terkejut dengan kehadiran Putri di rumahnya.
"Aku mampir aja. Mau hubungin kamu, nanggung karena dekat."
"Emang dari mana?" Rena membuka pintu rumahnya.
"Rumah sakit. Jenguk Om Johan."
"Terus? Dika mana?"
"Dika cuma drop aku aja di sini, dia ada urusan."
"Udah nunggu lama?"
"Ada 10 menit lah. Lagian kamu ditelponin gak bisa." Protes Putri sembari duduk di sofa ruang tengah.
"Maaf. Kemarin aku nggak enak badan. Aku memang kalau gak enak badan, gak pegang HP sama sekali. Nih, baru mau aku charge." Rena mencolokkan kabel pengisi daya pada ponselnya yang mati di samping TV.
"Kamu ada masalah sama Tristan?"
"Kenapa tiba-tiba?"
"Dia semalam mabuk."
"Mabuk?" Rena semakin tertarik dengan cerita Putri.
"Iya. Dia nelpon Dika dan Dika anter pulang."
"Aku nggak ada apa-apa sama dia. Cuma emang kita jarang kontak aja belakangan ini."
Rena jadi khawatir. Apa sebabnya? Rena merasa bukan dirinya yang jadi masalah. Tapi apa? Rena melipat tangannya dan berpikir.
"Mau ke rumahnya gak?" Tawar Rena pada Putri.