Maret, 2008
"Belum baikan sama Reno?” Tanya Putri dengan hati-hati.
Sudah hampir 2 bulan Rena terlihat ceria tetapi sebenarnya tidak. Sikapnya biasa saja tetapi di saat sendiri, Rena berubah sendu. Putri, mendapati Rena sedang murung sesaat setelah duduk di pinggiran lapangan basket, menunggu guru olahraga tiba.
“Gitu, deh.” Jawab Rena sekenanya, tidak ingin membahas itu.
“Nggak kayak biasanya, deh. Bukannya kalian selalu mencari solusi dalam setiap permasalahan?”
“Karena sekarang, kami terlalu keras kepala.” Rena menyadari bahwa dirinya dan Reno sama-sama keras kepala dalam menyelesaikan permasalahan kali ini. Terlalu mementingkan ego masing-masing. Pikiran mereka sama-sama kusut, sama-sama butuh dimengerti tapi tidak memberi klu tentang hal yang ingin dimengerti. Alasan Rena pura-pura tidak mendukung keputusan studi Reno. Juga alasan Reno tidak sekalipun mengutarakan masalah kelanjutan studi dan tidak berusaha mengenalkan Rena pada keluarganya.
Priiiiit! Pak Joko meniupkan peluit, tanda berkumpul untuk pemanasan. Segera Rena dan Putri bergabung dengan yang lain dan mengambil posisi dengan merentangkan tangan.
“Put, aku demam nggak sih?” Rena menggapai dan melebarkan tangan Putri untuk mengecek suhu tubuh di dahinya yang mulus.
“Panas, deh rasanya Ren. Ke UKS aja yuk?”
“Putri, hari ini giliran tugasmu memimpin pemanasan,” ujar Pak Joko.
“Pak, tapi Pak. Ini Rena demam.”
Sekelas reflek melempar pandang ke arah Rena karena penasaran. Rena ternyata sudah pucat. Anak-anak menyarankan Rena untuk ke UKS, juga ada yang mengatakan lebih baik Rena pulang karena mumpung masih pagi. Ya daripada seharian di sekolah dengan keadaan sakit dan tidak bisa belajar dengan maksimal, lebih baik pulang.
Pak Joko berjalan mendekati Rena dan mengecek suhu tubuh Rena dengan tangan. “Kamu lebih baik pulang saja. Minta surat izin pulang dari UKS lalu segera pulang. Tolong salah satu antarkan pulang.”
"Sama saya, Pak.” Seseorang menawarkan diri, Tristan.
"Tristan, kamu gila ya. Kamu kan tau hubungan Rena sama Reno lagi nggak bagus. Kamu akan membuatnya lebih parah," bisik Putri.
Ada raut kekesalan di wajah Tristan. Rasa pedulinya terhadap Rena harus ia hilangkan mengingat Rena yang masih berpacaran dengan Reno. Teman sekelas menyaksikan itu dan mulai bertanya-tanya apa yang terjadi pada Tristan.