Sesal

Martha Giovani
Chapter #9

Jarak

Maret, 2020

Pagi ini ada pertemuan dengan pihak hotel terkait bakti sosial. Rena bersama Tiara dan Desi menghadiri undangan pertemuan tersebut di hotel. Sesampainya di lobi, mereka langsung disambut dan diajak ke ruang pertemuan di lantai 5.

"Kamu cantik banget hari ini," Goda Tiara, berbisik pada Rena saat di lift.

"Apaan, sih," Rena merasa risih dengan godaan Tiara. Tiara memang suka menggodanya. Menurut Tiara, diri Rena mamancarkan aura yang berbeda. Ditambah penampilan hari ini yang meski hanya memakai skinny skirt hitam dipadu kemeja garis-garis vertikal paduan warna biru putih dengan lengan dilipat hingga siku serta kerah rendah yang memamerkan kalung pada leher Rena yang jenjang, Rena tampak elegan.

Ting! Bersamaan dengan pintu lift terbuka, Rena harap-harap cemas. Ia penasaran dengan siapa ia bertemu meski kemungkinan kecil ia bertemu Reno. Mana mungkin Reno mengikuti pertemuan untuk bakti sosial. Tapi rasanya mungkin-mungkin saja bertemu karena ini Reno adalah CEO di hotel ini.

Rena, Tiara, dan Desi duduk bersebelahan di ruang pertemuan. Mereka menanti dengan siapa akan berdiskusi. Sambil menunggu, mereka membuka rencana kegiatan bakti sosial yang dikemas dalam sebuah buku. Buku yang sudah mereka terima sebelum datang ke tempat ini.

"Tampaknya mereka benar-benar siap," tukas Tiara.

"Iya, semua sudah diatur sedemikian rupa." Tambah Desi.

Rena manggut-manggut mengiyakan ucapan Tiara dan Desi.

Tak lama kemudian sekitar 3 orang masuk ke ruang pertemuan, dan salah satunya Reno! Rena berusaha keras mengontrol detak jantungnya yang sangat cepat. Mereka semua duduk melingkar dan saling berhadapan. Rena tepat berhadapan dengan Reno dan itu membuatnya semakin grogi. Sampai-sampai ia tidak mendengar apa yang disampaikan oleh seorang wanita yang duduk di kanan Reno sedang membuka acara pertemuan hari ini. Yang Rena tangkap adalah bahwa wanita itu sekretaris Reno.

Rena terlalu fokus mengontrol dirinya yang teramat grogi. Sesekali ia memandang Reno yang sedang membuka dokumen.

"Dan di sini telah hadir Pak Reno sebagai inisiator kegiatan bakti sosial dan tim perencana kegiatan. Silakan Pak untuk memberi sambutan dan sekaligus menyampaikan rencana."

"Terima kasih. Selamat pagi Dokter Rena, Dokter Tiara, dan Perawat Desi. Terima kasih atas kehadirannya pada pagi hari ini..."

Rena terpana dengan kewibawaan Reno. Tiba-tiba perasaan rindu itu muncul. Rena merasa ingin memeluk sosok itu. Tetapi, semakin rasa itu muncul ke permukaan, rasanya juga ada rasa sakit yang mengikutinya.

Sadar, Rena!!! Bentak Rena pada dirinya sendiri.

"Mungkin ada tambahan?" Tawar Reno.

Rena gelagapan. Tapi untungnya dirinya bisa mengontrol diri, "Kami sungguh berterima kasih atas segala detil informasi mengenai profil usia anak dan riwayat penyakit anak-anak di sana. Ini sangat memudahkan kami dalam bekerja nanti. Yang jelas, pertama, nanti kami akan cek fisik serta wawancara. Jika ada keluhan, kami akau lakukan tes lanjutan. Kami juga menyediakan vaksin. Jadi mungkin kami bisa diinfokan riwayat imunisasi anak-anak di sana sehingga kami bisa menyiapkan vaksin apa saja yang dibutuhkan. Karena ada beberapa vaksin yang harus dipesan terlebih dahulu."

"Erlita, tolong segera hubungi panti asuhan mengenai ini," pinta Reno pada sekretarisnya.

"Sepertinya kami juga akan tambah personil. Ada Dokter Dion spesialis mata. Karena kami menganggap perlu untuk tes mata sejak dini. Sehingga ini bisa menjadi langkah preventif bagi anak-anak ketika mereka mengetahui hasil cek kesehatan mata mereka."

"Good idea. Oh iya, kami berharap semua berjalan sesuai rundown. Kita hanya punya 2 hari masing-masing dari jam 7 pagi hingga 5 sore. Semua sudah diatur. Kegiatan bakti sosial ini acaranya beragam jadi saya mau ketika pemeriksaan kesehatan semuanya well-planned sehingga kita semua bekerja di porsi masing-masing dan berjalan dengan baik." Terlihat Reno mulai tegas.

"Baik Pak. Kami sudah menyiapkan semua dengan rapi. Materi penyuluhan pun sudah tercetak. Kami akan memberi penyuluhan tentang cara mencuci tangan dengan benar, tentang jajanan, serta menjaga kesehatan gigi. Lalu saya ingin menawarkan gagasan." Kata Dokter Tiara.

"Silakan,"

"Kami merasa keberatan jika dalam 2 hari masing-masing ada agenda pemeriksaan kesehatan. Jadi kami menawarkan hari pertama adalah penyuluhan dan haru kedua khusus untuk cek kesehatan."

Reno dan timnya berdiskusi kecil.

"Alasan kami dengan membuat rencana seperti itu adalah tim konsultasi psikologi, Bu Raline tidak bisa di hari pertama." Jawab seorang dari tim Reno.

Mereka hening seketika. Terlebih Rena. Ternyata Raline adalah psikolog. Dan rasa kesal menyelimuti hati Rena.

"Memang komposisi penyuluhan dilanjutkan dengan konsultasi psikologi di hari pertama lalu pemeriksaan kesehatan di hari kedua is much better. Jika memang tidak memungkinkan untuk diubah, mau gimana lagi?" Ungkap Rena dengan nada agak kesal. Lalu ia menutup buku rencana seolah sudah tidak ada yang akan dibahas. Hal itu semakin menunjukkan bahwa dirinya kesal.

Lihat selengkapnya