Sesunyi Denting yang Memekik Lirih

Utep Sutiana
Chapter #3

Lihat Aku Lebih Dalam

... di laut matamu

aku rela jadi sampan yang karam

di palung dadamu

biarkan aku menjelma ikan-ikan yang sesat

dan lupa jalan pulang

di riak ombak tubuhmu

biarkan aku terseret dan hanyut setelahnya

Aku ingin menjelma suar

menuntunmu dari ketersesatan samudra ....

Dari apartemen tempatnya tinggal, Pekik Mahendra hanya butuh berjalan kaki lima ratus meter ke arah Jalan Rasuna Said. Masih pukul delapan malam, keramaian belum tergelincir menuju kesunyian malam yang mana mungkin segera berlaku. Langkahnya begitu ringan seolah permasalahan barusan sudah selesai dengan sendirinya. King Rasuna's Cafe menjadi tujuan langkah kaki Pekik berakhir.

Lirih Aisyah menyambut kedatangan Pekik dengan senyum lebar dengan mata berbinar. Bagaimanapun, sosok Pekik membuat dirinya begitu kagum. Kalau saja ia bertemu dengan Pekik jauh sebelum Sunyi mengenalnya, mungkin ia akan lebih dulu mengincarnya untuk dijadikan kekasih hati. Bagi Lirih, Pekik adalah sosok pria paling pacarable dibanding pria mana pun sejauh yang ia kenal. Berbadan atletis, tinggi menjulang, serta berkulit wajah bersih tanpa kumis juga janggut. Perempuan mana pun pasti akan geming di pertemuan pertama dengannya.

Lirih melambaikan tangan dengan maksud agar Pekik tak susah mencari keberadaannya. Padahal, tanpa melambai pun, Pekik sudah tahu di mana keberadaan Lirih. Pria itu mendekat lantas menyapa hangat. Lirih, entah karena alasan apa, tiba-tiba aliran darahnya mendesir hebat. Ia sedikit gugup disapa dengan sehangat itu. Beberapa kejap ia hanya bengong kayak orang bego.

"Hai, Lirih! Kamu kenapa bengong? Apakah ada yang salah dengan pakaian yang kukenakan?" tanya Pekik seraya menarik kursi di hadapannya. Kemudian ia menghenyakkan pantatnya tepat ketika Lirih sudah menemukan kesadarannya kembali.

"Hehe. Tidaklah, Pekik. Aku pikir kamu Jonathan Fritzi. Ternyata bukan," seloroh Lirih diikuti tertawa renyah.

"Kamu ini. Makanya melek. Ganjel kelopak matamu pake tusuk gigi," balas Pekik.

"Hahaha!" Lirih kembali tertawa.

"Huuush!!!" sergah Pekik.

Lirih menyodorkan menu ke arah Pekik, sementara pesanan dirinya sudah setengah habis di mejanya.

"Sudah dari tadi, ya?" tanya Pekik seraya membuka-buka lembar buku menu.

"Tidak juga. Baru ini. Malas makan sendiri, jadinya aku berinisiatif mengundangmu. Siapa tahu belum makan malam," terang Lirih.

Lihat selengkapnya