Mas, aku benci hari ini.
Pagi tadi Mami datang ke rumah, Mas. Matanya sembab, seperti baru menangis semalaman, meski dia tak menampakkan setitik pun air mata selama bersamaku. Mami memelukku seperti biasa. Dia juga mengelus rambut dan wajahku seperti yang selalu dilakukannya. Hanya saja kali ini tak ada pertanyaan tentang keberadaanmu. Padahal biasanya jika aku bertemu Mami tanpa kehadiranmu, dia pasti akan langsung menanyakan kamu.
Namun, bukan itu yang membuatku membeci hari ini.
Aku membenci hari ini karena aku terpaksa mengakui kepergianmu. Lidahku kelu saat petugas kelurahan bertanya apa keperluanku. Mami sampai harus membantuku menjawab bahwa kami ingin membuat akta kematian atas nama dr. Guntur Hendrotomo SpOG.
Rasanya seperti ada batu yang mengiris hatiku ketika Mami menyebut namamu. Bahkan aku tak sanggup menahan gemetar tanganku saat memberikan dokumen yang diperlukan untuk pengurusan itu. Pedih adalah penjelasan yang terlalu enteng atas rasa yang bergulung di hatiku.
"Ibu Zivana Lakaputi, apa benar Ibu istri dari dr. Guntur Hendrotomo?"
"Iya, benar."