Mas...
Seminggu yang lalu, selepas Magrib, Suster Erka menghubungiku. Kupikir dia hanya memberi kabar lemburmu seperti biasa. Kamu yang selalu lupa mengabariku saat ada operasi-operasi mendadak selepas jam praktik membuat Suster Erka punya PR tambahan untuk menghubungiku. Dan itu sudah terjadi beberapa tahun terakhir. Aku jadi terbiasa makan malam sendiri dan tak menunggumu. Aku juga sudah biasa jika tiba-tiba acara yang sudah kita rencanakan batal demi operasi mendadak pasienmu. Aku tak pernah mengeluh. Dua belas tahun mengenalmu membuatku tahu bahwa pekerjaanmu dan pasien-pasienmu adalah prioritas utama. Etos kerjamu tak pernah kuragukan.
Namun, seminggu yang lalu, selepas Magrib, ada getar yang berbeda pada suara Suster Erka. Dia memintaku untuk datang ke rumah sakit. Segera! Dan tanpa bertanya terlalu banyak, aku bergegas mengikuti permintaannya. Baru ketika aku sampai di rumah sakit Suster Erna menemuiku dan menceritakan apa yang terjadi padamu, Mas.
Sebuah truk menghantam mobilmu saat kamu hendak pulang. Mobilmu yang baru melewati portal keluar dari rumah sakit ringsek dalam beberapa detik saja. Truk yang konon kehilangan kemampuan mengerem itu menabrak mobilmu di depan mata banyak satpam yang tahu bahwa ada kamu di dalam mobil itu. Satpam yang dengan segera menghubungi IGD sehingga kamu bisa cepat ditanggani oleh sejawatmu.
Setelah bertahun-tahun menjadi istrimu. Tidak pernah aku menyangka akan datang ke rumah sakit itu sebagai keluarga pasien. Biasanya aku ke sana untuk acara rumah sakit, menemuimu jika kita merencanakan makan siang bersama, atau kadang berbaik hati menjemputmu kalau kamu terlalu lelah menyetir pulang.