Pagi tadi, aku membuka mata dengan perasaan hampa. Kutatap langit-langit kamar yang terasa kosong, dan dinginnya penyejuk udara menambah beku suasana saat itu. Ponselku berdering dan kuperiksa semua pesan di sana, tak ada pesan darimu. Sudah lima belas jam sejak kamu bilang ingin mengakhiri hubungan kita, dan belasan jam lalu aku menangisimu semalam suntuk. Dengan mengumpulkan tenaga, aku berusaha becermin. Lihatlah wajah lusuh ini, mata sembap, rambut berantakan tak keruan, dan tatapan kosong yang terpantul di cermin.
Aku tidak yakin bisa melewati ini semua. Sejak kamu bilang lebih baik aku bebas dengan hidupku dan kamu bebas dengan hidupmu, rasanya aku tidak lagi punya upaya untuk menjalani hari-hariku. Memang ini terkesan bodoh, setiap orang yang sedang bersedih dan patah hati pasti merasa bahwa dirinya sosok paling sedih sedunia. Dan, aku merasakan itu semua. Perasaan ini membuat aku berantakan dan tak lagi punya daya untuk menata kembali hidupku. Semalam, aku menangis sejadi-jadinya, sekeras yang aku bisa. Ini benar-benar tidak adil buatku, buat sosok yang selalu mencintai dan memperhatikanmu.
Dengan enteng, dua minggu lebih kamu menghilang dan tak ada kabar. Aku mencarimu ke mana-mana, diam-diam memperhatikanmu dari media sosial. Ah, meskipun aku tak menemukan jawaban, setidaknya dengan tetap mencarimu dan menganggap bahwa hubungan kita baik-baik saja cukup membuatku tenang dan lega. Selama dua minggu aku tidak mendapatkan jawaban apa pun. Kamu bagai asap yang menggantung di udara, terlihat sesaat kemudian pergi entah ke mana. Sosokmu menjauh tanpa bisa aku duga ke mana perginya.
Sekarang aku masih duduk di sini, di depan laptopku yang pendiam, tapi tetap menjadi pendengar yang baik. Aku tidak bisa menghitung sudah berapa kali aku menangis seharian ini, dengan sisa air mata yang tidak tahu kapan harus berhenti terjatuh. Dalam pikiranku masih ada bayang-bayangmu dan segala kenangan kita meskipun bagimu mungkin hubungan ini tak berarti apa-apa. Memang salahku yang terlalu menganggapmu berarti, sedangkan kamu tak peduli setengah mati. Salahku yang mati-matian menganggap hubungan kita pantas untuk diperjuangkan, meskipun selama ini kamu tidak menunjukkan keseriusan.