SETELAH KEDUA

Jullianty
Chapter #1

Prolog

“Eupphoooooriaaaa, see you next year!”

Malam itu masih sama, waktu yang dikumpulkan hampir 5 tahun, menghasilkan gemuruh yang mengalun indah pada undakan manusia di atasnya. Get The Rock, nama yang sering sekali ditemukan di setiap sabtu dan minggu pun kembali menjadi menjadi pemenang di atas panggung. Banyaknya sahutan akan janji yang diikrarkan menjadi salah satu buktinya. 

Riuh penonton menghantarkan tundukkan keempat lelaki dengan spotlight paling indah, berakhir sangat manis. Tak lupa sambutan di belakang layar pun terus berkumandang, “Gokil. Pecah, guys!” ucapnya sambil saling merangkul satu sama lain. 

Kini, suasana belakang panggung, mulai sibuk dengan porsinya masing-masing. 

Satu sudut terisi dengan sang gitaris dan drummer yang melakukan evaluasi tawa setiap selesai bersuara di atas panggung. Lanjut mengisi kekosongan pada sudut di seberang, ada sang manajer yang meladeni salah satu crew yang sedang berterima kasih atas penampilan artisnya malam ini. 

Lalu pada salah satu sudut jalan yang membuka batas antara kepopuleran di atas panggung dan dunia yang sebenarnya, Penggawa Get The Rock, mengambil posisi paling nyamannya, Winata Kana Ziandru, menjauhi diri meninggalkan kemeja hitam yang membalut kulitnya.

Berjalan santai sambil menyapa beberapa orang yang mengenalnya, lelaki dengan singlet hitam yang masih lembab akibat keringat yang berjatuhan itu sudah berada di atas salah satu Backline equipment milik Get The Rock. Ia sudah berada pada singgasananya. 

Selalu dengan sebatang rokok di tangan, ia menikmati pejaman matanya sesaat setelah menatap langit malam usai menghabiskan pesonanya di atas panggung. Sesekali tertawa kecil, mengingat riuh penonton yang memanggil namanya dan ikut bernyanyi hampir di setiap lagu yang ia ciptakan.

Namun hikmatnya udara yang memeluknya malam itu, nyatanya masih belum berhasil menahan seorang Winata beristirahat lebih lama. Matanya langsung dibiarkan terbuka, senyumnya dibiarkan menyapa. Tentunya, Hal itu karena hadirnya lambaian tangan dari seseorang yang dibiarkan mengudara.

"Hadeuh, kebiasaan. Selalu, deh, hilang gitu aja abis manggung." 

Ucap gadis itu, seakan memenangkan sebuah pertaruhan akan presensi Winata Kana Ziandru.

"Hehe, asem." jawab Nata singkat. 

Lihat selengkapnya