Cahaya membasuh wajahnya dengan air dingin dari kran. Berkali-kali berharap jejak-jejak sehabis menangisnya hilang. Matanya sembab dan merah. Orang yang matanya normal akan langsung tahu kalau ia habis menangis.Â
Ia mengembuskan napas dari mulutnya dengan keras. Ia lirik jam di pergelangan tangannya. Masih lama bel tanda masuk sekolah berbunyi. Ia memandangi pantulan wajahnya di kaca. Wajah merah, mata sembab, hidung merah. Jatuh cinta dan patah hati bisa berefek sebesar ini, ya. Ia seperti orang yang menanggung banyak beban hidup.
Cahaya yang semula berdiri di depan kaca itu berbalik dan berjalan menuju salah satu bilik toilet. Berdiam diri di sana untuk beberapa menit. Menunggu matanya yang merah dan sembab sedikit mendingan.
***
Bel tanda masuk sekolah berbunyi berbarengan dengan Cahaya yang masuk kelas. Pandangannya berserobok dengan Guntur yang kentara sekali sedang menunggu dirinya di bangkunya. Cahaya membuang pandangan darinya. Ia abaikan panggilan Guntur begitu dirinya duduk di kursinya.
"Maafin aku, ya." Guntur berkata lirih yang tidak mendapat tanggapan dari Cahaya. Cewek itu malah sibuk mengambil buku pelajaran dan kotak pensilnya.
"Ca," panggil Guntur lagi.
Cahaya yang sedang menulis sesuatu di bukunya tidak menjawab. Ia masih menulis untuk beberapa menit kemudian. Guntur masih melihat ke arahnya. Menunggu respon cewek itu dengan sabar. Guntur ingin maafnya diterima oleh Cahaya. Ia ingin Cahaya dan dirinya berteman seperti sebelumnya lagi. Ia tidak ingin hubungannya dengan Cahaya rusak.Â
Apa yang terjadi saat ini memang sesuatu yang pelik. Ini masalah hati. Guntur paham Cahaya sangat sedih. Ia memaki dirinya yang tidak peka. Kenapa selama ini ia tidak merasakan kalau Cahaya menyukainya? Guntur mengembuskan napas keras dari mulutnya. Apakah hubungan pertemanannya dengan Cahaya akan kandas?Â
Tiba-tiba sebuah kertas yang dilipat diletakkan Cahaya di mejanya. Ia membukanya setelah sebelumnya menatap Cahaya yang langsung kembali ke bangkunya tanpa menoleh padanya begitu kertas itu diletakkan.Â
Guntur membuka kertas itu dan membukanya dengan cepat. Ia membaca dengan tulisan Cahaya yang kecil-kecil tersebut dengan seksama.