Sekarang, malam di mana acara ulang tahunnya Sani, langit cerah sedikit berawan. Tidak ada sedikit pun tanda-tanda hujan akan turun. Bintang-bintang bertaburan dengan indah. Bulan setengah lingkaran tampak jelas di atas sana. Benar-benar malam yang indah dan bersahabat untuk suatu acara.
Niat Cahaya tidak berubah. Ia tidak datang ke acara ulang tahunnya Sani. Ia sempat dibujuk Emma untuk datang. Katanya, "Latihan, Ca. Kamu harus kuat ngeliat Guntur sama Sani mesra-mesraan."
Emang selama ini Cahaya tidak kuat? Ia kuat. Cahaya tidak menangis saat melihat sejoli itu tertawa-tawa ria. Ia mampu tersenyum saat hatinya sakit dan dibakar cemburu melihat Guntur bergandengan dengan Sani. Dan ia dapat mengontrol emosinya di depan dua manusia yang amat tidak peka itu. Bukankah Cahaya sangat kuat?
Oke, saran Emma itu tidak terlalu buruk. Tapi Cahaya tidak mau sampai repot-repot begitu. Cukup sudah ia melihat Guntur dan Sani di sekolah. Ia tidak mau terlibat dalam segala sesuatu yang berhubungan dengan mereka berdua.
Dan ngomong-ngomong soal Emma, cewek itu datang ke acaranya Sani karena di sana ada Aldo. Kakak kelasnya yang ia kagumi.
Ternyata Guntur dan Sani sangat mengharapkan ia datang. Kedua orang itu sampai mengiriminya pesan chat berkali-kali dan menelponnya berkali-kali saat tidak melihat Cahaya di acara itu sampai pukul tujuh malam. Cahaya memang tidak memberi tahu mereka kalau ia tidak datang ke acara itu. Kenapa repot-repot? Tentu Cahaya akan menjawab dengan mengarang alasannya kalau ditanya. Tak disangka mereka akan bertanya saat acara itu berlangsung.
Mereka berganti-gantian menelepon dan mengiriminya pesan chat saat ia sedang streaming YouTube menonton konsernya One Ok Rock. Sungguh mengganggu sekali. Cahaya hampir memblokir keduanya tapi batal karena itu pasti akan menimbulkan pertanyaan besar. Akhirnya Cahaya memutuskan untuk mematikan data ponselnya. Beralih menonton TV.
Jam-jam selanjutnya berjalan dengan tenang. Cahaya sempat waswas kalau-kalau Guntur atau Sani, atau siapa pun ke rumahnya untuk menghampirinya. Untungnya tidak. Cahaya tidur dengan nyenyak. Ia sungguh tidak menyangka keesokan harinya, pasangan yang paling tidak ingin Cahaya lihat itu datang ke rumahnya dan menggangu dirinya yang sedang sarapan.
***
Ayahnya sudah berangkat subuh tadi. Jadi Cahaya sarapan sendirian. Guntur dan Sani datang saat ia baru makan dua suapan. Cahaya menyambut keduanya di ambang pintu dengan senyum manis dibuat-buat. Ia melirik kotak kertas yang dibawa Sani dengan kedua tangannya.
"Ada apa?" tanya Cahaya dengan nada suara dibuat ramah. Aslinya ia kesal. Tidak bisakah sejoli ini tidak terus-terusan menemui, menghampiri, dan menggangunya?!
"Kamu sakit kan tadi malem? Makanya nggak dateng ke acara ulang tahun aku dan nggak jawab pesan aku. Jadi, aku sisihin kue ulang tahun aku ini buat kamu. Sekaligus permintaan maaf karena udah nelpon kamu berkali-kali dan spam chat," kata Sani.
Cahaya terkejut saat mendengar Sani mengatakan bahwa semalam ia sakit, tapi dengan cepat ia mengubah eskpresinya jadi normal kembali. Cahaya meringis, lalu pura-pura batuk. Yang bilang begitu pasti Emma.
"Iya. Maaf, ya. Maaf juga aku nggak bisa ngomong langsung sama kamu," ucap Cahaya disertai eskpresi menyesal. Ia memandang sendu pada Sani yang menggelengkan kepalanya.
"Nggak papa, Ca. Namanya juga sakit," katanya maklum. Ia lalu menyodorkan kotak kertas berisi kuenya. "Nih, buat kamu. Diterima ya, Ca," katanya.
Cahaya menerima kotak itu sembari tersenyum manis. Kali ini bukan senyum dibuat-buat. Cahaya senang diberi kue dan berterima kasih karena ceweknya Guntur ini karena telah memberinya salah satu makanan kesukaannya. Yahh, walaupun ini kue sisa, sih. Tapi Cahaya yakin kue ini higienis. Bukan bekas ggitan orang.
"Kue itu aman, Ca. Aku sisihin duluan sebelum semua kue dihabisin," jelas Sani supaya Cahaya tidak salah paham.
Oh, berarti bukan kue sisa, batin Cahaya. Senyum tulus Cahaya melebar.
"Iya, San. Makasih banget, lho," ucap Cahaya lagi. Sani mengangguk senang.
Guntur yang sejak tadi diam akhirnya bertanya. Ia bertanya ke mana ayah Cahaya. Cahaya menjawabnya. Guntur mengangguk paham.
"Udah lama nggak ketemu Ayah kamu. Kangen ngobrol sambil bercanda sama dia."
Perkataan Guntur itu membuat ingatan Cahaya kembali ke saat-saat di mana ia dan Guntur masih dekat. Di mana Guntur mengantarnya pulang dan mampir terlebih dahulu. Mengobrol, bermain catur, menonton TV, dan bercanda dengannya. Cahaya rindu masa-masa itu.