Setengah Dekade Cinta

ibupertiwi
Chapter #2

Setengah Dekade Cinta - Menjaga Asa di Tengah Pandemi #2

Layar laptop memantulkan wajah lelah Riko. Jari-jarinya tanpa henti mengetuk-ngetuk key board, membuka satu per satu situs lowongan kerja hingga belasan tab baru membuat keningnya berkerut dalam. Di tengah keheningan pagi itu, aroma teh manis yang lembut menyela konsentrasinya. Lena muncul dari dapur, meletakkan secangkir teh hangat di samping laptop.

“Kamu belum istirahat dari tadi?” tanya Lena, suaranya terdengar khawatir.

Riko mengalihkan pandangan dari layar dan memaksakan seulas senyum tipis. “Baru sebentar kok. Aku nemu lowongan yang kelihatannya cocok, tapi ya… saingannya pasti ribuan.”

“Minum dulu,” ujar Lena sambil mendorong cangkir itu lebih dekat. “Kalau sampai sakit, siapa yang mau aku omelin nanti?”

Riko terkekeh pelan, rasa hangat dari candaan istrinya menjalar di dada, sedikit meredakan beban di pundaknya. Ia meraih cangkir itu, meneguk tehnya perlahan. Ia tahu, di balik nada riangnya, Lena menyimpan kecemasan yang sama besarnya.

Hari-hari mereka kini berputar pada hal-hal esensial. Lena masih bekerja di penerbit, meski hanya menerima separuh gaji. Mereka jadi lebih sering memasak sendiri, mengolah bahan apa pun yang tersisa di kulkas. Malam terasa lebih panjang, dihabiskan dengan menatap lampu kota yang temaram dari balik jendela apartemen sempit mereka, sebuah pemandangan yang terasa begitu jauh.

Suatu sore di akhir tahun, bel apartemen berbunyi. Ternyata orang tua Lena datang, membawa beberapa tas jinjing dan sebuah rantang susun. Aroma harum masakan langsung tercium begitu rantang dibuka. Bukan sayur berkuah yang mudah basi, melainkan lauk-pauk kering favorit Riko, kering tempe pedas manis dan serundeng daging.

Ini Ibu bawakan lauk kering. Tahan lama, jadi kalau kalian sibuk atau malas masak, tinggal masak nasi saja,” kata sang ibu sambil mengeluarkan beberapa oleh-oleh khas dari dalam tas. “Jangan sampai telat makan hanya karena repot.”


Dua hari sebelumnya, orang tua Lena memberi kabar ingin datang berkunjung. Lena tidak bisa membendung perasaan sedihnya dalam obrolan telepon. Pertama kalinya, ia menceritakan kondisi yang sedang dialami bersama Riko.


Lihat selengkapnya