Riko kini resmi menjadi pelaju mingguan (weekly traveller). Jarak Semarang-Pekalongan yang singkat, ia tempuh menggunakan Kereta Api Antarkota yang cepat dan teratur. Perjalanan pulang-pergi mingguan itu Riko lakukan agar mobil mereka bisa sepenuhnya digunakan Lena di Semarang untuk mobilitas ke kantor baru. Setelah tiga bulan bekerja keras, Lena kini menjabat sebagai editor di salah satu penerbit mayor, dengan gaji yang jauh lebih baik dari pekerjaan sebelumnya. Tabungan mereka pun semakin kuat, namun waktu mereka semakin sempit.
Setiap Jumat, Riko memastikan sudah membeli tiket Kereta Api kelas eksekutif dari Pekalongan, memprioritaskan kepastian waktu tempuh satu hingga satu setengah jam. Ia selalu memilih kereta yang tiba sekitar pukul 20.00 WIB.
Lena selalu hadir di Stasiun Semarang Tawang, diapit oleh bising klakson taksi dan pengumuman kedatangan. Ritual antar-jemput ini adalah momen sakral yang rapuh. Saat Riko turun, kemeja kerjanya terlihat kusut, wajahnya lelah, tapi matanya memancarkan kebahagiaan saat melihat Lena. Mereka berpelukan singkat, saling menghirup aroma yang hanya bisa mereka temukan setelah seminggu berjarak.
Namun, kehangatan itu sering hanya bertahan sampai di mobil.
Sebulan setelah pola ini berjalan, konflik-konflik kecil mulai muncul di antara mereka. Kelelahan fisik mereka bertemu dengan dinding deadline yang tak terlihat.
Jumat malam, Riko tiba di kontrakan kecil mereka dengan tubuh terkuras. Ia ingin duduk santai, bercerita soal hiruk pikuk gudang logistik di Pekalongan, ingin menumpahkan semua beban di bahu Lena. Tapi, sering kali ia mendapati Lena masih berkutat di depan laptop, tatapannya dingin, matanya fokus pada deadline editorial yang seolah tak berujung. Lena pun lelah, setelah seharian bekerja ia harus menghadapi macet dan terburu-buru menjemput Riko.
“Aku sudah bilang lho, Mas. Jangan ganggu dulu, ini proof terakhir harus beres,” ujar Lena suatu malam, nadanya tajam.
Riko menarik napas panjang. Ia meletakkan koper di sudut kamar dengan sedikit bantingan yang sengaja. “Iya, sebentar. Aku cuma mau dipeluk sebentar, Len. Sudah seminggu enggak ketemu.”
“Aku tahu, Mas! Tapi kalau kerjaan ini tidak beres, bonus kita hangus!” balas Lena, tanpa menoleh.