Seminggu terasa berlalu dalam sekejap, namun bagi Lena, rasanya seperti menunggu putusan juri. Seminggu ini ia habiskan untuk mencari resep masakan sehat, menjadwalkan tidur lebih awal, dan menelan vitamin yang diberikan dokter dengan disiplin militer. Hari ini, Minggu pagi, ia kembali di ruang tunggu yang sama, namun dengan perasaan yang sama sekali berbeda. Bukan lagi kecemasan tanpa arah, melainkan antusiasme yang terkendali.
Riko duduk di sebelahnya, tidak segelisah minggu lalu. Ia tampak lebih santai, mungkin karena semalam mereka bisa melewati malam LDR yang singkat dengan kehangatan dan tanpa drama. Di pangkuan Lena, ada dua map tebal: map pendaftaran minggu lalu, dan map baru yang berisi hasil laboratoriumnya.
"Kamu tegang ya, Mas?" bisik Lena, menatap Riko yang sedang membaca papan pengumuman.
Riko menggeleng tanpa menoleh. "Enggak, biasa aja. Ini kan cuma lihat pasukan'di sana sehat semua atau enggak. Tugas yang lebih berat kan punya kamu, yang harus siap di-utak-atik isinya." Ia tersenyum, senyum yang berhasil membuat Lena sedikit lebih rileks.
Tak lama, nama Riko dipanggil untuk pemeriksaan. Lena ikut menemaninya ke bilik pengambilan sampel. Ia melihat Riko masuk dengan langkah mantap. Saat Riko di dalam, Lena membiarkan dirinya membuka map labnya.
Jantungnya kembali berdebar. Ia mencari kata-kata kunci. Hasil USG transvaginalnya bagus. Siklus hormonalnya normal. Tapi, di bagian bawah, ia menemukan tanda panah ke bawah.
Vitamin D: Sangat Kurang.
Bibir Lena mengerucut. Ia mencoba membaca penjelasan di bawahnya, tapi istilah medis itu terlalu rumit. Ia merasakan sedikit kekecewaan. Selalu saja ada ganjalan kecil.
"Selesai."
Suara Riko mengagetkannya. Riko sudah kembali, wajahnya datar.
"Gimana?" tanya Lena sambil menutup map dengan tergesa.