Keputusan Lena untuk resign terasa seperti menghirup udara segar. Setelah berbulan-bulan membawa beban ganda (pekerjaan dan kecemasan promil), kini ia memiliki waktu penuh untuk dirinya sendiri dan Riko. Ia menghabiskan hari-harinya mengatur kontrakan lama mereka, membaca buku tanpa dikejar deadline penerbit, dan fokus menyiapkan makanan sehat untuk Riko.
Karier Riko di perusahaan retail berjalan sangat lancar. Posisinya sebagai Manajer Pengembangan Bisnis di Kantor Pusat memberinya kendali dan tantangan yang ia nikmati, tanpa drama birokrasi toxic seperti di perusahaan lama. Keseharian mereka kini dipenuhi dengan ketenangan yang hilang sejak lama. Mereka bisa menyempatkan waktu mengunjungi orang tua Lena maupun Riko, bercerita tentang kemajuan karier Riko, dan menikmati dukungan tanpa beban.
Perekonomian mereka pun perlahan mulai membaik. Tabungan yang sempat terkuras kini terisi kembali, dan janji untuk memulai promil kembali menjadi topik hangat yang dibicarakan setiap malam.
Di penghujung tahun 2024, Riko tiba-tiba mengajak Lena jalan-jalan sore. "Kita lihat-lihat suasana perumahan baru, Len. Sekadar refreshing."
Lena mengiyakan. Namun, Riko tidak membawanya ke perumahan, melainkan ke sebuah kompleks kontrakan rumah yang terlihat asri, jauh lebih besar dan lebih layak dibandingkan kontrakan mereka yang lama.
Riko menghentikan mobil di depan sebuah rumah kecil dengan halaman depan yang minimalis, catnya berwarna cream lembut. Ia mengeluarkan kunci.
"Aku sudah dapat, Len," kata Riko, matanya berbinar penuh harap. "Aku sudah lihat-lihat diam-diam. Menurutku, ini yang paling cocok. Kita lihat ke dalam, ya?"
Lena tercengang. Ia tidak menyangka Riko begitu serius merencanakan kejutan ini.