Setengah Diriku Memeluk

Jessica Laureen.C
Chapter #6

Bab 6

Bagaimana dengan memulai dari membangun sekolah untuk mengajarkan anak-anak berpikir kritis di daerah? Aku pikir karena keadaan daerah tidak semaju ibu kota, ayah pernah berkata sepulang dari Kota Semarang, disana mencari hotel agak susah, jadinya ayah menginap di rumah warga sekitar, untungnya mereka mau menerima. Mungkinkah aku mengunjungi Kota Semarang? Tapi, untuk mencapai ke sana harus membutuhkan beberapa hari. Tunggu, kalau tidak salah aku menemukan lowongan pekerjaan di koran. Pembangunan jalan tol, ya ini dia. Mereka membutuhkan orang yang bisa masuk ke tim penyelidik daerah. Aku segera memberitahu ayah perihal pekerjaan ini.

“Coba saja lamar Rajacenna, kamu lulusan Teknik Sipil di Universitas Indonesia kan? Latar belakangmu cocok dengan pekerjaanmu. Kenapa mau pilih itu bukan yang lain?”

“Ayah, aku mohon jangan tertawa. Aku memilih itu karena ingin membangun sekolah di Semarang. Harapannya, setelah aku memasuki tim penyelidik daerah, aku bisa mengetahui lebih mengenai beberapa daerah yang cocok untuk dijadikan sekolah.”

“Itu bagus Rajacenna. Ayah senang kamu sudah menemukan apa yang kamu impikan. Jangan lupa untuk kabari ayah ya, walau kamu ada di Semarang nanti.”

“Apa ayah tidak kesepian nanti saat aku tidak ada?”

“Tentu kesepian. Tapi, ayah harus mengerti bukan kalau kamu sedang bekerja dan tidak boleh terlalu mengusik. Yang ada kamu malah marah nanti ke pekerja lain karena tidak bisa membalas ayah.”

Kita berdua tertawa bersama. Kemudian ayah mengambil foto bingkai ketika aku sudah wisuda. Disana terlihat ayah memegang bahuku yang sudah tinggi melebihi dirinya, tampak sekali kalau ayah kesusahan meraih bahuku, lalu ada aku yang tersenyum sambil memegang piagam dan beberapa penghargaan lainnya.

Keesokan harinya aku bertemu dengan Dolan lagi. Aku ingin memberitahunya mengenai impian yang ingin kuraih dan mungkin sebagai perpisahan karena aku pasti jarang menemui dia lagi. Dolan sudah membantuku hingga saat ini, aku mungkin tidak bisa membalasnya sampai aku sudah punya cukup uang. Aku tidak pernah memimpikan bisa lebih sukses dari Dolan, tidak. Hidupku hanya sederhana, aku bisa menggapai impianku dan tidak merepotkan orang lain.

“Dolan, aku sepertinya akan mengambil tim penyelidik daerah pada proyek jalan tol. Aku tidak tahu apakah berhasil atau tidak, tapi kucoba saja. Doakan ya!”

“Astaga aku kagum sekali padamu Rajacenna. Kamu memikirkan ini hanya dalam sehari? Wah, aku tidak bisa seperti itu.”

“Ya, aku mungkin ada sedikit dorongan dari Tante Sari dan Ayah. Aku berterima kasih pada mereka berdua.”

“Rajacenna, kamu menganggap Tante Sari sebagai ibu keduamu ya?” tanganku tidak sengaja mendorong tutup minuman dengan kencang sehingga terlempar jauh.

“Apa? Tidak.”  aku merasa aneh karena Dolan tidak pernah berbicara seserius ini.

“Kamu tahu Rajacenna, hari itu aku mendengarkan percakapan dengan ibumu. Aku sebenarnya sudah tahu masalah pertengkaran dengan ibumu, hanya saja aku diam selama ini. Aku tahu aku tidak berhak mencapuri urusan orang lain.”

Lihat selengkapnya