Hari pertemuan yang dinantikan akhirnya tiba. Budi lebih dahulu sampai di cafe Cemara yang telah dijanjikan. Meskipun jarak rumah Budi ke cafe Cemara cukup jauh. Cafe Cemara yang berada di pusat kota memang sengaja dipilih Merry karena berada di dekat kost Merry. Meskipun Merry sudah berusia 22 tahun dan telah memiliki kendaraan bermotor, namun kedua orangtuanya tidak memperbolehkan Merry untuk mengendarai motor sendiri di malam hari.
Pertemuan hari itu, memang disepakati Merry dan Budi berlangsung malam hari tepatnya pukul tujuh malam. Sebagai mahasiswi di semester akhir Merry memang selalu disibukkan dengan berbagai tugas kampus. Berbeda dengan Budi yang selalu memiliki kebebasan dari kedua orangtuanya. Sebagai laki-laki yang mulai dewasa dengan usia 25 tahun, kedua orangtua Budi memang sangat percaya pada Budi.
Budi telah mempersiapkan segalanya. Dia mengenakan kemeja biru muda, celana jeans hitam. Budi tampak sangat rapi, keren dan tampan. Tidak lupa dia juga membawa seikat bunga mawar. Budi tahu bahwa pertemuan kali ini merupakan kesempatan terakhirnya untuk kembali mendapatkan cinta Merry.
Oleh sebab itu, Budi ingin memberikan kesan yang terbaik hari itu. Dia berharap cintanya dapat kembali. Budi telah merencanakan bahwa hari ini selain minta maaf, Budi akan menyatakan cintanya kepada Merry. Kini Merry dan Budi duduk di satu meja yang sama.
Mereka saling bertatapan satu sama lain. Beberapa menit keadaan tersebut membuat mereka gugup dan penuh keheningan. Hingga akhirnya Budi menarik nafas panjang, mengumpulkan segala keberaniannya untuk memulai perbincangan malam hari itu.
“Mer aku mau ngomong.” ucap Budi mengawali percakapan malam itu
“hmm gimana ngmong aja?” tanya Merry dengan nada sedikit tinggi
“pertama-tama aku mau minta maaf dulu sama kamu atas semua yang udah aku lakuin.” ucap Budi dengan wajah memelas
“oke.”jawab Merry singkat
Beberapa menit kemudian, Budi berlutut di hadapan Merry dengan setakai bunga mawar di tangannya.