Sebagai umat nasrani, Budi tergolong pria yang rajin beribadah sejak dulu kala. Meskipun di dalam hidup, dirinya selalu menghadapi berbagai cobaan. Keadaan itu tidak pernah membuat dirinya berhenti mengucap syukur kepada “Sang Pemilik Kehidupan”. Kehidupan desa memang selalu mampu mengajarkan banyak hal di tengah kekurangan yang dialami. Pasalnya selain diajarkan di dalam keluarganya, rasa persaudaraan dan kekeluargaan serta sikap taat beribadah juga sangat dirasakan Budi di lingkungan tempat tinggalnya.
Tidak heran jikalau Budi tumbuh menjadi pribadi yang peka terhadap sesama dan taat beribadah. Hampir setiap Minggu bahkan juga hari-hari lainnya jika ada jadwal beribadah di Gereja maupun di rumah umat nasrani, Budi selalu hadir. Meskipun jika dalam pelaksanaan ibadah di rumah umat nasrani,hampir tidak ditemukan kaum muda laki-laki seumuran Budi. Memang begitulah adanya.
Hampir di setiap penganut berbagai agama, orangtua yang cenderung lebih aktif dalam mengikuti kegiatan peribadatan. Namun sekali lagi, Budi tidak terlena akan pengaruh buruk teman-temannya. Sikapnya yang taat beribadah seolah telah mendarah daging di dalam dirinya. Selain taat beribadah, Budi juga tergolong aktif dalam berbagai kepanitian perayaan –perayaan besar di Gereja seperti Natal, dll. Berbeda dengan Budi, meskipun Merry merupakan wanita yang berpendidikan namun ia jarang sekali beribadah.
Keluarga Merry yang tergolong keluarga dengan ekonomi di atas rata-rata, juga menjadikan Merry kurang memiliki persaudaraan dan kekeluargaan terhadap sesama. Kehidupan di desa memang sangat jauh berbeda dengan kehidupan di kota. Apalagi Merry dan keluarga besarnya tinggal d salah satu perumahan elit di kota Muntilan, salah satu kota yang berada di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Tidak heran jikalau Merry tumbuh sebagai wanita dengan sikap ambisius, egois, sibuk sendiri, tidak peduli bahkan juga terkadang sombong jikalau hidup ditengah masyarakat.
Meskipun sebenarnya Merry merupakan gadis belia yang baik dan ramah, namun keadaanlah yang telah mengubahnya. Merry tidak pernah menemukan budaya senyum, salam dan sapa di tengah-tengah lingkungan masyarakat tempat tinggalnya. Kendati demikian suasana persaudaraan dapat di rasakan Merry ditengah-tengah keluarga besarnya. Bagi Merry hidupnya hanya sebatas saat dirinya berada di tengah-tengah keluarganya.
Di luar keadaan itu, Merry tidak dapat memiliki hubungan sosial yang baik. Jangankan untuk memiliki seorang sahabat memiliki teman saja terasa sulit bagi Merry. Padahal Merry tergolong wanita yang cukup cantik parasnya. Jumlah teman Merry bahkan tergolong cukup sedikit sangat berbeda jauh dengan Budi yang memiliki teman dan sahabat dimana-mana.