Beberapa tahun yang lalu, jauh sebelum kepergian ayahanda tercinta Merry. Ada kisah lain yang menjadi alasan dibalik sikap kedua orangtua Merry yang seolah bersikap diskriminatif. Dulu kala kakak kedua Merry menjalin hubungan dengan seorang laki-laki berdarah keturunan Indonesia timur. Kakak kedua Merry yang bernama Lola kala itu memiliki kekasih sejak zaman kuliah semester awal.
Namanya Alex. Laki-laki yang lahir dan dibesarkan oleh kedua orang tua yang asli berasal dari Maumere. Maumere adalah sebuah kecamatan di kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur Indonesia. Hubungan yang terjalin cukup lama hingga Lola lulus dan bekerja selama dua tahun.
Hubungan mereka pun berakhir dengan bahagia. Lola dan Alex melangsungkan pernikahan di Maumere. Kendati kedua orangtua Merry kala itu telah menasehati Lola untuk tidak memiliki hubungan yang lebih serius. Nyatanya rasa tak pernah bohong. Jodoh tak pernah salah. Dan tulang rusuk tak pernah tertukar.
Meski dengan berat hati, akhirnya kedua orangtua Merry menyetujui untuk meresmikan hubungan Lola dan Alex. Dengan segala upaya dan bermodalkan keberanian serta nekat. Kedua orangtua Merry kala itu berangkat dari Jawa Tengah menuju provinsi yang berada di ujung timur Indonesia tersebut. Setelah sebelumnya keluarga Alex telah mengunjungi rumah kedua orangtua Merry untuk menyatakan niat baiknya.
Dan telah mencapai kesepakatan bersama mengenai berbagai hal. Khususnya sinamot. Sinamot adalah harga atau uang yang diberikan oleh pihak laki-laki kepada pihak perempuan ketika akan melaksanakan pernikahan. Dalam adat Batak, sinamot bersifat wajib diberikan kepada pihak pengantin perempuan sebagai tanda membeli atau mengambil anak perempuan untuk dijadikan pendamping hidup calon pengantin pria tersebut. Jumlah sinamot juga ada tingkatannya.
Jika anak perempuan yang akan dinikahi tamat sekolah atau sarjana maka harganya beda. Misalnya, jika calon pengantin perempuan adalah seorang wanita yang telah memiliki gelar sarjana maka harganya mulai dari sekitar dua puluh lima juta ke atas. Namun sebaliknya jika hanya tamat sekolah harga biasanya sepuluh juta ke bawah. Makin tinggi pendidikan perempuan maka harganya juga semakin tinggi.
Kendati demikian harga sinamot pada umumnya tergantung dari kesepakatan kedua belah pihak. Setelah Sinamot sudah diserahkan kepada pihak perempuan maka perempuan yang akan di nikahi bisa dibawa kerumah laki-laki yang akan mempersunting perempuan tersebut. Sinamot sudah menjadi tradisi dari orang Batak sejak zaman nenek moyang. Sinamot kala itu disepakati sujumlah empat puluh juta.
Jumlah tersebut bukan merupakan permintaan dari keluarga Lola. Namun kesanggupan dari keluarga mempelai pria yakni Alex. Meski sebenarnya sinamot adalah hak dari keluarga mempelai perempuan. Namun tidak jarang Sinamot juga dipergunakan untuk keperluan pesta pernikahan.
Meski sebaliknya ada juga yang dana pesta pernikahannya diluar harga Sinamot. Sekali lagi semuanya sesuai kesepakatan dari kedua belah pihak keluarga. Hari dimana kesepakatan untuk mengadakan pesta pernikahan telah mencapai persetujuan. Keluarga Alex bersama Lola segera berangkat menuju Maumere untuk mempersiapkan segalanya.
Sedangkan kedua orangtua Lola dengan penuh perjuangan, keesokan harinya di usianya yang mulai renta berangkat menuju Maumere. Hanya berdua saja. Biaya yang minim serta persiapan yang kurang matang karena Lola dan Alex menginginkan pernikahan yang mendadak menjadi alasan mengapa tiada anggota keluarga lain yang menemani kedua orangtua Lola. Jangankan keluarga besar bahkan saudara Lola tak hadir kala pernikahan mereka berlangsung.
Meskipun hari dimana kesepakatan telah dicapai kedua belah pihak mempelai, kedua orangtua Lola segera menghubungi keluarga besar mereka. Namun tak ada yang bisa hadir. Mendadak, tempat yang jauh serta ongkos yang besar seketika kompak dipilih menjadi alasan serentak keluarga Lola. Tidak berhenti disitu saja.
Rupanya perjuangan kedua orangtua Lola masih harus terus berlanjut. Setibanya di Maumere, di rumah keluarga Alex bukan penyambutan yang didapatkan. Justru kedua orangtua merasa kesepian dan kemana-mana hanya berdua saja. Wajar saja.
Kesibukan mempersiapkan segala sesuatu demi melangsungkan pernikahan memang cukup menyita banyak perhatian. Bukan hanya perhatian Alex dan Lola saja. Namun seluruh keluarga besar Alex, bahkan teman dan tetangga Alex kala itu. Itulah mengapa kedua orangtua Lola merasa kesepian dan kurang mendapatkan sambutan.
Namun meskipun demikian, kedua orangtua Lola selalu berupaya untuk menikmati momen-momen kehadirannya di tengah-tengah keluarga Alex. Bahkan hingga tiba hari pernikahan Lola dan Alex, kedua orangtuanya tetap menikmati pesta sebagaimana mestinya. Sehari setelah pernikahan anaknya. Kedua orangtua Lola langsung pulang ke rumahnya di Jawa.