Tersebutlah hidup seorang wanita yang cukup cantik di desa. Kulitnya putih mulus. Tubuhnya meliuk indah bak biola. Perawakannya pun tinggi. Tak aneh, banyak mata lelaki nakal jelalatan memandanginya.
Bagi Indah (Nama samaran), kelebihan yang dimilikinya itu suatu anugerah tak terkira. Sayang, indah tak menggunakannya sebaik mungkin dengan bersyukur kepada Allah. Ia berprofesi sebagai Ronggeng plus-plus, yakni pemuas dahaga seks para lelaki berduit. Sebagai Nyai Ronggeng, Indah terkenal pandai menyanyi dan menari.
“Lagu yang sering dibawakannya adalah lagu-lagu dangdut,” ujar seseorang yang masih kerabat jauh dari Indah.
Maklum, Indah berada di suatu perkampungan yang notabene lebih suka pada musik-musik melayu. Dengan suaranya yang merdu dan goyangannya yang aduhai, maka setiap kali Indah tampil selalu dirubungi banyak penonton. Mulai dari kalangan pinggiran hingga kalangan eksekutif, Indah pernah pentas. Di sinilah masalah mulai muncul.
Ketika ketenaran mulai menghinggapi dirinya, ia pun mulai terjebak oleh rayuan setan. Sebagai penghibur, Indah mulai merasa tidak cukup dengan penghasilan yang didapatkannya dari menyanyi dan menari.
Pada saat yang sama, ada sebagian penonton yang mulai berpikir kotor ingin merasakan kemolekan tubuh Indah.
“Mungkin cewek ini bisa kupakai.” Begitu kira-kira bayangan yang melintas dalam otak para lelaki kotor tersebut. Gayung bersambut. Indah mulai menerima ajakan lelaki hidung belang dan berkocek tebal. Tentu hal ini dilakukan secara sembunyi-sembunyi.
Pada akhirnya, Indah tidak lebih sebagai perempuan simpanan para lelaki kaya. Kapan saja mereka menginginkan kemolekan tubuh Indah, asalkan punya uang banyak. Maka saat itu pula mereka mendapatkannya.
Begitulah akhirnya Indah menjalani dua profesinya sekaligus, Nyai Ronggeng dan wanita simpanan lelaki berduit. Sudah banyak lelaki yang berhasil menidurinya. Indah pun mereguk kemewahan yang tak terkira.
Ia sangat menikmati keadaan itu, meski di tengah cibiran masyarakat yang terus bertubi-tubi. Tapi, suatu saat kesempatan baik itu datang, yaitu kala ada seseorang yang benar-benar jatuh cinta kepadanya dan kemudian berniat menikahinya.
Lelaki itu bernama Syahril (Nama samaran). Dia bukanlah siapa-siapa, hanya seorang pekerja kantoran yang bergerak di bidang jasa pengiriman barang. Dia bagian dari banyak orang yang menggemari penampilan Indah di panggung.
Matanya yang indah dan bulu matanya yang lentik, membuat Syahril benar-benar jatuh hati kepada Indah. Tak perduli dengan sisi-sisi negatif yang melekat pada Indah, Syahril pun mengatakan cintanya kepada Indah.
Cinta Syahril tidak langsung diterima oleh Indah. Ia menyadari dirinya yang masih senang hidup glamor dan tidak mungkin hidup bersama lelaki yang berpenghasilan seadanya. Indah juga merasa dirinya bersama lelaki yang baik.
Dengan kata lain, Indah menolak cinta Syahril secara baik-baik. Entah berapa kali Syahril mengutarakan niatnya yang sungguh-sungguh untuk menikahi Indah. Segala daya upaya dikerahkan untuk mendapatkan wanita pujaannya itu.
Akhirnya, Indah pun luluh juga. Desakan keluarga besarnya untuk segera mempertimbangkan niat baik Syahril akhirnya diterima Indah.
“Mungkin ini kesempatan bagi saya untuk berubah.” Mungkin itu yang dipikirkan oleh Indah kala itu.
Akhirnya, mereka menikah dalam pesta yang sederhana. Sejak itu, Indah mulai menjauhi kehidupan malamnya sebagai Nyai Ronggeng. Tentu, banyak penggemarnya yang kecewa. Mereka berharap, meski Indah telah menikah, profesi itu mestinya tetap dilakoninya.