Hari masih pagi, ketika seorang gadis remaja hendak keluar rumahnya.
“Mau ke mana sih?” tanya ibunya.
“Ah, Ibu cerewet, banyak tanya.”
“Ibu cuma tanya, kamu mau ke mana hari Minggu, pagi-pagi ini. Kan, sekolah dan les libur.” tanya ibunya penasaran.
“Namanya juga anak muda, Bu.” Jawabnya singkat, sambil berlalu keluar dari pintu pagar.
“Hati-hati, Sih, jangan berbuat macam-macam. Pulangnya jangan malam-malam. Sore harus sudah ada di rumah.” Perintah ibunya agak berteriak, karena putrinya sudah setengah keluar dari pintu pagar rumah.
Kasih (Nama samaran 17 tahun), usianya masih remaja, ia adalah siswi di salah satu sekolah SMA. Anaknya periang, dan mudah bergaul. Cara dandannya seperti wanita dewasa. Ia pintar sekali berdandan dan tahu, bagaimana berpenampilan menarik? Itulah sebabnya dia sangat disenangi teman-temannya.
Usai pulang sekolah, ia biasanya tidak langsung pulang ke rumah, melainkan nongkrong di salah satu kafe minuman yang tak jauh dari sekolahnya. Sekitar satu kilo dari pintu gerbang sekolah lokasinya. Di sanalah ia biasanya berkumpul dengan teman-temannya usai sekolah.
Ia termasuk anak yang malas belajar. Setiap tugas sekolah ia serahkan ke teman-temanya di kelompoknya. Namun demikian, nilai rapor di sekolahnya tidaklah jelek. Nilainya masih di atas rata-rata kelas.
Memang, kawan-kawannya mengakui bahwa Kasih punya otak agak encer. Namun, kalau soal mengerjakan tugas, dia paling malas. Otak encer yang ia miliki tidak dipergunakan untuk mengembangkan wawasan dan keilmuannya di sekolah, melainkan untuk membohongi ibunya di rumah. Kira-kira begitu pengakuan salah seorang temannya.
Selain di kafe minuman itu, Kasih juga biasanya kumpul dengan teman-temannya di rumah kos kawan sekelasnya, namanya Aryo (Nama samaran 18 tahun), Aryo ini menurut seorang teman Kasih, merupakan pacarnya. Mereka menjalin hubungan cinta sejak kelas 1. Inilah awal dari petaka itu.
Aryo tergolong anak yang broken home. Ibu dan bapaknya bercerai sejak ia duduk di bangku SD kelas 6. Perpecahan rumah tangga orang tuanya berakibat pada mental yang dimiliki Aryo. Ia jadi sering bolos sekolah dan sering terlibat perkelahian. Tak hanya itu, ia juga suka minum-minuman keras. Bahkan, ia termasuk anak yang terlibat obat-obatan terlarang.
Pertemanan dirinya dengan Kasih membawakan aura negatif pada Kasih. Yang semula remaja itu penurut sama ibunya, semenjak kenal dan dekat dengan Aryo, Kasih suka melawan omongan orang tua, membangkang, dan sering memarahi orang tuanya. Bahkan, sejak kelas 2, Kasih sudah merokok dan meminum-minum alkohol.
Soal minum-minuman ini, Kasih maupun teman-temannya biasa melakukannya di rumah kos Aryo. Rumah kos Aryo ini berada cukup jauh dari sekolah. Tempatnya agak tertutup karena halaman rumah yang luas dan letak rumah kos dengan jalan raya begitu jauh. Ditambah dengan kanan-kirinya jauh dengan tetangga.
Hal inilah yang mengakibatkan teman-teman merasa nyaman untuk berkumpul dan merasa tidak terganggu oleh lingkungan sekitar. Aryo sengaja sewa rumah itu karena ibu dan ayahnya pindah ke kota lain, sementara ia ingin bersekolah di tempat itu, karena teman-temannya.
Pagi itu, di hari Minggu, di saat aktivitas sekolah libur, Kasih datang ke rumah kos Aryo. Di sana ia masuk ke rumah yang tidak terkunci itu. Di rumah itu ada dua kamar. Satu kamar tidak dipakai, dan satu kamar dihuni oleh Aryo.
Aryo langsung saja masuk ke kamar itu. Singkat cerita, mereka terlibat percakapan, dan akhirnya terjadi hubungan badan seperti halnya suami istri.
Hal ini demikian sebenarnya bukan pertama kali mereka lakukan. Hampir setiap kali ada kesempatan berdua di rumah itu. Di sana terjadi percakapan satu sama lain.
Salah satu menu percakapan di antara mereka adalah minuman keras. Kasih sebenarnya bukanlah dari keluarga yang berada. Ini beda dengan Aryo, yang memang dari keluarga kaya. Kasih adalah satu-satunya anak dari pasangan Rahman dan Soraya (Nama samaran).