Setia

Erna Surya
Chapter #6

Sebuah Pertahanan

“Mas, kita perlu bicara,” sela Eliana ketika Hans tengah duduk di teras belakang sembari menikmati secangkir teh. Hans pulang lebih awal hari ini.

“Ada apa?” tanya Hans datar.

Eliana duduk di kursi samping. Ia berusaha untuk tetap tenang. Wajah Hans tak menunjukkan rasa ingin tahu. Eliana mulai bingung harus memulai dari mana.

“Masalah kita harus segera diselesaikan, Mas. Aku capek gini terus.”

Hans meletakkan gelasnya, lalu berdiri. 

“Aku masih sibuk. Kapan-kapan saja.”

Hans pergi. Eliana menggigit bibirnya, menahan segala yang akan meledak dari dadanya. Hans masuk kamar dan beranjak tidur. Eliana masih duduk di teras belakang. Angin malam menyentuh kulitnya. Eliana tertunduk. Satu-satunya hal yang ingin ia lakukan sekarang hanyalah berlari ke pelukan ibunya dan menangis sejadi-jadinya.

Sabar, nduk. Semua serahkan sama Gusti Alloh. Kata-kata ibu terngiang-ngiang. Tangis Eliana pecah. 

Wejangan ibunya timbul tenggelam. Satu per satu muncul kembali di kepalanya. Masih jelas di ingatan Eliana tentang kejadian lima tahun lalu, ketika ia datang ke rumah bapaknya dan berkeluh kesah tentang Hans. 

Kamu harusnya paham, Hans itu kerja banting tulang buat kamu dan Miko. Wajar kalau dia pulang malam dan sudah capek, kata bapaknya waktu itu.

Eliana menelan ludah. Terasa pahit sekali. Ia merasa bercerita kepada orang yang salah. Hatinya tiba-tiba kosong. Selama ini, bapaknya berdiri sebagai pihak yang membelanya. Ia akan pasang badan, entah putrinya salah ataupun benar. Namun untuk permasalahan yang satu ini, Eliana seperti berdiri seorang diri.

Pukul sepuluh malam, Eliana masuk. Ia meraih ponselnya, dan mengetik beberapa kalimat.

Di, sorry, kamu duluan ya. Hans belum siap.

Pesan itu dikirim ke sebuah nomor yang telah dinamai Diana pada kontak ponselnya. Setelah itu, Eliana mematikan ponselnya dan menuju kamar Miko. Dipeluknya anak semata wayang itu sembari menangis. 

Hans tidur pulas. Pagi-pagi sekali, ia harus keluar kota. Usaha mebelnya sempat surut akhir-akhir ini, menyisakan pinjaman hutang kepada salah seorang rekannya, dan ia harus bekerja lebih keras lagi untuk mengembalikannya. 

Pukul dua pagi, Eliana bangun. Ia mimpi buruk. Di dalam mimpinya, ia tengah berjalan bersama Miko dan tiba-tiba bumi yang dipijak Miko amblas. Miko terbawa jatuh. Eliana bangun. Segera ia menuju kamarnya sendiri dimana Hans tengah tidur. Eliana ingin memeluk suaminya. 

Lihat selengkapnya