Eliana masih memegang pipinya, sementara ibu menarik tangan bapak.
“Bapak tidak pernah mendidik kamu jadi perempuan murahan,” teriak bapak. Eliana menangis.
Setelah pintu kamar ditutup, tangis Eliana pecah. Hatinya sakit. Ia datang ke rumah bapaknya untuk minta perlindungan. Tak menyangka justru yang diterimanya seperti ini.
Sejam berlalu. Eliana terduduk di sudut kamarnya. Matanya sembab. Pintu kamar diketuk.
“Mbak, disuruh keluar sama Bapak,” panggil adiknya.
Eliana segera bangkit dan keluar kamar. Di ruang tengah, bapaknya duduk di samping ibunya. Eliana tak berani beradu tatap. Ia menunduk dan memilih kursi yang berjarak dengan bapaknya.
“Ini sudah diperkirakan,” bapak membuka suara.
“Jadi kamu mengejar lelaki bernama Ibra itu?” tanya bapak. Eliana kaget. Ia mengangkat kepala. Selama ini tak pernah ia bercerita tentang Ibra kepada siapa pun, termasuk sahabatnya. Semua tentang Ibra ia tutup rapat-rapat. Eliana bertanya-tanya dalam hati, dari mana bapaknya tahu?
“Jujur sama Bapak, kamu cinta sama Ibra?” tanya bapaknya.
Eliana berlari memeluk bapaknya. Ia menangis.
“Tidak, bapak. Keputusan saya untuk minta cerai dari Mas Hans bukan untuk mengejar Ibra ataupun siapa pun. Saya sudah tidak bisa bertahan dengan keadaan pernikahan ini. Kalau saya terus bertahan di sana, itu sama saja dengan bunuh diri pelan-pelan. Ini bukan masalah cinta dan tidak cinta, Pak. Tapi hak saya yang tidak bisa terpenuhi oleh Mas Hans, dan kegagalan Mas Hans untuk melakukan kewajibannya,” ucap Eliana panjang.
“Lalu untuk apa lelaki itu kesini?”
Eliana semakin kaget. Ia tak paham dengan lelaki yang dimaksud bapaknya.
“Siapa, Pak?” tanya Eliana.
Beberapa hari yang lalu, seorang laki-laki datang ke rumah. Bapak kaget karena ia datang pukul sepuluh malam. Ia mengaku bernama Ibrahim dari Boyolali. Lelaki itu kusut sekali. Bapak persilakan dia masuk. Begitu masuk ke rumah, lelaki itu menangis. Bapak dan ibu bingung. Ini kenapa kok malam-malam ada tamu laki-laki datang terus nangis. Akhirnya bapak biarkan dia selesia menangis. Sampai jam dua pagi. Setelah dia tenang, bapak tanya siapa dia dan apa maksudnya datang ke rumah seperti ini. Dia mengaku sebagai kekasih kamu. Benar itu? Tidak usah kamu jawab dulu. Biarkan bapak selesai cerita.
Ibra mengatakan bahwa kamu dan dia memiliki hubungan spesial karena kamu tidak bahagia dengan Hans. Nduk, maafkan bapak kalau perjodohan itu membuatmu sakit. Semua bapak lakukan supaya kamu bahagia.
Dan apa benar kalau kamu berencana menikah dengan Ibrahim? Bapak tidak meragukan cinta laki-laki itu. Tapi sadarlah, hubungan ini tidak boleh.