Akhirnya Eliana berhasil meyakinkan seluruh keluarga besarnya bahwa apa yang terjadi dalam pernikahannya dengan Hans bukanlah sesuatu yang sepele dan layak dikesampingkan. Beberapa Budhe-nya menganggap bahwa Eliana tampak berlebihan memandang urusan ranjang. Bahkan di mata mereka, Eliana hanya mengejar kenikmatan seksual saja dalam kehidupan pernikahannya.
Tiga bulan berlalu, barulah rapat keluarga besar diselenggarakan. Beberapa kali Hans menelepon untuk membujuknya kembali ke rumah, namun Eliana tak menanggapi. Bagi Eliana, lelaki itu telah banyak mengesampingkan perasaannya. Dan bila akhir-akhir ini ia mulai memberi perhatian, sudah terlambat. Hans diijinkan menemui Miko kapan saja. Ketika berkunjung untuk bertemu Miko pun, Eliana memilih menyingkir. Itu yang membuat semuanya jadi tambah runyam. Eliana seperti memutus jembatan komunikasi. Meski bapaknya menganggap permasalahan rumah tangga itu bisa dikomunikasikan berdua saja, Eliana tetap meminta ada keluarga besar dari masing-masing pihak untuk menjembatani.
Malam ini, Hans dipanggil ke rumah mertuanya untuk rapat keluarga besar. Apakah pernikahan itu akan terus berlanjut atau disudahi saja untuk kebaikan bersama.
“Sebagai orangtua, bapak sedih sekali dengan keadaan pernikahan kalian. Eliana pulang membawa Miko dan menginginkan perceraian. Bapak sudah bertanya dan berdialog panjang dan lebar dengan Eliana. Dan sepertinya permasalahan ini sangat serius. Tolong Nak Hans jelaskan kepada kami bagaimana duduk perkaranya. Tapi sebelum itu, Eliana jelaskan dulu bagaimana keadaan yang sebenarnya, jangan ada yang ditutupi,” bapak Eliana memulai.
Semua orang di ruangan itu tegang. besar. Hans berada di depan mereka. Dan di kanan kiri telah datang Pakdhe dan Budhe dari pihak Eliana. Sedangkan dari pihak Hans tak ada yang mewakili. Hans hanya punya dua saudara yang sekarang tinggal di luar negri. Kakaknya menikah dengan orang Belanda. Dan belum lama ini adiknya diboyong oleh orang Jerman. Kedua orangtuanya sudah meninggal, dan tak ada lagi saudara dari pihak keduanya. Hans datang seorang diri.
“Lima tahun ini Mas Hans tidak memenuhi kewajibannya sebagai suami untuk memberikan saya nafkah batin. Saya sudah mencoba dengan segala cara, tapi Mas Hans tetap tidak bisa. Saya meminta beliau untuk berobat atau mengikuti terapi, tapi tanggapan tidak menyenangkan. Malah kami sering ribut karena masalah itu.”
Eliana diam sejenak untuk mengambil nafas. “Maafkan saya, saya ini manusia normal. Saya istri yang masih butuh. Dan setelah lima tahun bersabar, saya sudah tidak bisa lagi sekarang. Maka saya memutuskan untuk mengambio langkah ini. Saya meminta cerai dari Mas Hans,” ucap Eliana panjang.
Hans menunduk, membendung kesedihan di hatinya.
“Nak Hans, apa betul apa yang dikatakan Eliana?” tanya Bapak.
Hans tak langsung menjawab. Suasana jadi hening. Eliana berusaha untuk tak menatap Hans.