“Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat,” ucap Nuno dengan bersemangat ketika Eliana memasuki mobilnya. Eliana menatap Nuno dengan biasa saja, lalu tersenyum.
“Biasanya juga kamu ngajak aku ke banyak tempat, mancing,” kata Eliana datar.
“Tapi ini beda. Kita akan ketemu seseorang,” sambung Nuno lagi. Mobil melaju. Nuno memutar lagu Endless Love tanpa bisa menyanyikan satu larik pun. Eliana kadang menyahut sesekali.
“Sayang, aku ingin tanya sesuatu.” Eliana membuka pembicaraan dengan nada sedikit serius. Berbeda dari biasanya.
“Silakan,” ucap Nuno singkat.
“Bagaimana hubunganmu dengan Erika?”
Nuno tak langsung menjawab. Tarikan nafasnya agak dalam. Dia terdiam beberapa saat, kemudian berkata, “setelah semua selesai, apa kamu mau menikah denganku?”
Kini giliran Eliana yang merasa kaget. Jawaban Nuno di luar perkiraannya.
“Aku...,” Eliana menggantung jawaban.
“Tidak perlu dijawab sekarang. Intinya adalah, aku jatuh cinta dengan seorang perempuan yang cantik bernama Eliana Jelita yang kini sedang duduk di sampingku. Dan aku ingin menghabiskan sisa usiaku dengan dia.”
Nuno meraih tangan Eliana dan menciumnya. Suasana hati Eliana jadi tak nyaman. Ia berfikir sesuatu yang lain. Tentang Miko, tentang Hans.
Di sepanjang jalan, percakapan jadi tak begitu hangat. Nuno terus bercerita tentang sesuatu yang lucu, berharap Eliana akan senang dan terhibur. Malah sebaliknya, Nuno jadi sedikit kecewa lantaran ceritanya tak ditanggapi.
Pikiran Eliana terbang kepada beberapa tahun sebelumnya ketika Hans mengajaknya menikah. Meski tak begitu bahagia, setidaknya ia tak merasa tak nyaman seperti ini.