Ketika tersadar, Eliana menemukan dirinya sudah dalam keadaan terikat di dalam sebuah kamar yang besar namun pengap. Ia berada di sebuah ranjang cukup besar. Tangan dan kakinya terikat pada empat sudut ranjang dengan tali yang sangat kuat. Ketika menyadari dirinya terikat dan benar-benar tak bisa bergerak, ia mulai berteriak.
Tak ada sahutan. Eliana berteriak lagi. Tetap tak ada sahutan.
Aku harus berfikir jernih, batinnya. Kemudian dia diam beberapa saat. Ia mengingat-ingat kejadian demi kejadian terakhir sebelum menemukan dirinya terikat seperti ini.
Tak lama kemudian, Eliana melihat Nuno masuk.
“Sayang, ada apa ini? Kenapa aku diikat seperti ini?” tanya Eliana sembari menggerakkan kedua tangannya.
Nuno mengelus pipi Eliana. Perempuan itu malah berpaling.
“Maafkan aku, sayang. Aku benar-benar tak bisa satu hari saja jauh dari kamu,” bisik Nuno di telinga Eliana lirih. Lalu ia letakkan bibirnya di atas pipi Eliana.
“Ini maksudnya apa?” tanya Eliana dengan tatapan penuh tanda tanya.
“Mulai sekarang dan selamanya, kamu akan di sini sama aku. Paham?”
“Tapi tidak seperti ini caranya.”