Setiap Momen adalah Kamu

Jane Lestari
Chapter #19

19

Setelah percakapan yang cukup serius, Rizal meninggalkan Liebe Box.

Tampak Dona mendekat, menemui Indah.

“Siapa pria itu? Apakah aku pernah bertemu dengan dia?” Dona mulai penasaran dengan sosok yang ditemui Indah beberapa saat sebelumnya.

Indah masih terpaku.

“Indah?” Dona mencoba membangunkan Indah dari lamunan. “Iya, Don.”

“Kamu kenapa? Siapa dia?” desak Dona. Indah menghela napas panjang. Begitu berat baginya, kembali mundur bersama duka yang sudah sempat dia lewati.

“Kak Rizal.”

Dona membelalak. “Pria yang berengsek itu?!”

Indah tiba-tiba tersenyum, aneh. Semakin membuat Dona bingung.

Lho kamu kenapa malah ketawa? Ada yang lucu?” tanya Dona.

“Aku baru kali ini, mendengar kamu mengucapkan kata itu, Don. Biasanya kan, aku yang lebih emosional. Lho kenapa kamu malah yang lebih emosional sekarang?”

“Indah, aku serius! Aku benar-benar akan sangat marah, jika kamu melakukan ini!”

“Dona, gak ada apa-apa. Pertemuan ini cuma kebetulan saja. Kak Rizal, mewakili Eco Technology, sekarang.”

“Apa?!” Kembali, Dona tercenung.

“Aku baru bertemu dengan beliau, kemarin saat aku ke kantor ET. Aku juga baru tahu, bahwa dia sekarang bekerja di ET.”

Dona terpaku. Dia terlihat belum bisa menerima kenyataan.

“Don, kamu kenapa malah bengong?”

“Aku tidak percaya ini. Kamu sudah berjuang keras, meninggalkan dia bersama sakit dan luka yang dia ciptakan. Kenapa dia kembali lagi?”

“Don, ini hanya pertemuan terkait pekerjaan. Kamu tidak usah terlalu khawatir seperti itu.”

Dona menyeringai. “Aku paling kenal kamu Indah. Mana ada hubungan sebatas pekerjaan, jika dia mulai mengejar kamu lagi. Kamu kan, gak pernah bisa nolak, selalu tidak enakan!”

Indah tersenyum. “Terima kasih ya Don. Kamu selalu berusaha melindungi aku.”

Dona abai. Dia masih bersama kekhawatirannya, masih tidak percaya pria itu kembali dalam kehidupan sahabatnya.

---

Rumah Sakit

Suasana kamar perawatan Rakha, masih berhias hening. Hanya ada Aditya yang terus mendampingi pria itu. “Tante Rosa berulang kali menghubungi aku, dia khawatir padamu Rakha,” ucap Aditya.

Pria yang masih terbaring itu tidak menjawab.

“Tidak bisakah, kamu memberikan saja sedikit hak beliau sebagai seorang ibu?”

“Kenapa baru sekarang?!” sahut Rakha. Kembali, Aditya kehabisan kalimat. Meninggalkan pembahasan Rosa, Aditya teringat Indah.

“Jujur, aku sebenarnya ingin tidak peduli, tapi kamu sudah sangat keterlaluan memperlakukan Indah seperti itu.”

Rakha hanya diam.

“Kamu tidak sadar, kamu sudah melakukan banyak hal yang menyulitkannya. Dia harus berjuang sendiri mengatasi seluruh keonaran yang telah kamu ciptakan di Big Land.”

“Oh, dia sudah kembali ke Big Land?”

Aditya tersenyum tak percaya dengan kalimat yang didengarnya.

“Ya, kembali. Karena kamu alasannya!”

Rakha kembali terpaku.

Aditya mengambil napas panjang. Berbicara dengan sahabatnya itu, selalu saja menguras energi. Entah bagaimana bisa memahaminya.

Lihat selengkapnya