SETINGGI LANGIT DAN BINTANG

Bramanditya
Chapter #2

Gadis Paling Populer Di Sekolah

"Selamat datang ... Selamat datang ... akhirnya kita bisa berkumpul." pak Wiryawan menyambut kedatangan keluarga Hananto di taman depan rumah mereka yang sangat luas dan tertata dengan rapi.

"Terimakasih sambutanya, tidak ada pestakan?" pak Hananto memeluk pak Wiryawan.

Kedua istri mereka saling bersalaman dan tampak sudah sangat akrab satu sama lain.

"Cukup kita sendiri saja yang berpesta hari ini," ucap bu Wiryawan yang disambut tawa semuanya.

"Vera ... makin besar makin cantik saja."

Vera tampak malu-malu dengan pujian bu Wiryawan, dia bersembunyi dibelakang ibunya sambil memegang gaunnya.

"Ayoo ... jangan malu-malu ah, biasanya dirumah bawel sama bapak ibu."

Semuanya tersenyum melihat tingkah Vera.

"Kelas enam bukan tahun ini?" tanya bu Wiryawan.

"Iya, masuk kelas enam tahun ini."

"Wah bisa satu kelas nanti sama Surya."

"Lho mana Surya?" pak Hananto mencari sosok anak kecil seumuran Vera.

"Ada didalam, yuk kita masuk." bu Wiryawan menggandeng Vera agar ikut berjalan disampingnya bersama ibunya.

Pak Wiryawan berjalan disamping pak Hananto, "Banyak proyek menunggu kita, jadi bersemangat aku untuk segera memulainya."

"Kita akan sikat semuanya." pak Hananto tidak mau kalah dan mereka tertawa bersama.

Suara alunan piano menyambut kedatangan mereka saat masuk kedalam rumah.

Vera begitu takjub melihat keindahan rumah yang baru pertama kali dia lihat. Dia pikir rumahnya sudah yang paling besar dan mewah, tapi kemewahan rumah ini membuatnya takjub.

Memandangi sekeliling rumah, membuatnya terlepas dari pegangan tangan ibunya. Dia segera berlari menghampiri ibunya yamg berdiri tidak jauh darinya dan meraih tangannya.

Mereka terdiam menyaksikan seorang anak laki-laki seumuran dengan Vera sedang duduk dan memainkan dengan indahnya sebuah musik klasik dari sebuah piano besar dihadapannya.

Mereka semua seperti terhipnotis dengan permainaan piano anak laki-laki itu, pun juga Vera yang walaupun belum paham dengan musik piano yang didengarnya, pandangannya tidak lepas dari sosok anak laki-laki itu.

Dan setelah permainan piano selesai, semua bertepuk tangan kecuali Vera. Anak laki-laki itu segera menghampiri pak Wiryawan dan istrinya,

"Hebat sekali," puji pak Hananto.

"Surya ... ayo kenalan dulu sama Vera." pak Wiryawan membimbing Surya mendekat kearah Vera.

"Surya ... " dengan senyuman, Surya mengulurkan tangannya.

Vera menengadah menatap wajah ibunya yang kemudian mengangguk dan tersenyum pada Vera.

"Vera ...." dengan malu-malu dan suara lirih Vera membalas uluran tangan Surya.

***

Vera menatap wajahnya dari balik kaca spion mobilnya, segera dihapusnya dengan tisu air matanya yang menghintam karena bercampur dengan eyelinernya.

Diatatapnya sosok dirinya dari balik cermin, sosok yang dulu semasa SMA begitu anggun dan menjadi salah satu idola dikalangan teman-teman sekolahnya. Namun sosok yang dia pandangi begitu berbeda sekarang, jauh dari kesan anggun dan memilih tampilan gothik dari ujung kepala sampai kaki. Dibukanya botol obat kecil lalu meminun dua pil obat ditangannya dengan air mineral. Dia diam sesaat sambil menatap kearah luar yang telah reda hujannya. Dimatikanya mesin mobil lalu keluar dan menguncinya.

Vera berjalan masuk ke dalam rumah sakit dan menuju kamar Surya.

"Ada apa?" Sedikit berlari, Vera menghampiri Roni yang keluar dari kamar Surya, "Aku mendengar suara teriakan?"

"Dia belum bisa menerima kalau dia terbangun dari koma selama sepuluh tahun. Dia ingin pulang dan mencari kedua orang tuanya."

"Lalu ....?"

"Lalu ....?" Roni balik bertanya pada Vera.

"Kamu ... kamu mengatakan padanya?" Vera menatap Roni penasaran.

"Itu tugas ayahmu Ve." Roni melangkah meninggalkan Vera namun dengan cepat Vera meraih tangan Roni.

Lihat selengkapnya