Vera terduduk diatas kloset dengan gaun putih sutra dan riasan ringan diwajahnya yang membuatnya tampak lebih cantik dan anggun malam itu. Ditatapnya selembar kertas putih ditangannya, sebuah hasil tes pemeriksaan kanker yang dia lakukan beberapa waktu lalu. Dengan tertuduk dia mulai menitikkan air mata yang membuat basah kertas ditanganya.
"Ve ... " teriak Sandra saat masuk kedalam kamar mandi diikuti kedua rekannya Tiara dan Lily. Ketiga sahabat Vera itu mulai memeriksa kamar mandi satu persatu dan mengusir beberapa rekan mereka yang sedang berada didalamnya.
"Ayo pergi-pergi ... " usir Tiara.
"Pestanya diluar ..." teriak Lily.
Setelah semua keluar, Tiara dan Lily mulai sibuk memperbaiki riasan mereka, sedangkan Sandra berdiri dan bersandar didekat pintu tiolet dimana Vera berada didalamnya.
"Kamu baik-baik saja Ve ... ?"
Tidak ada jawaban dari Vera.
"Pesta akan dimulai sebentar lagi," ucap Sandra sambil memperbaiki kuku palsunya.
Vera segera memasukkan hasil testnya kedalam tas dan menyeka air matanya lalu menyiram toilet dan keluar.
"Gaun sialan ini membuatku susah bernafas, ada harga yang harus dibayar untuk sebuah kesempurnaan." Vera mencoba menutupi kesedihannya dengan menggerutu tentang bajunya.
"Berat badanmu naik? Kamu tahukan bukan bajunya yang harus menyesuaikan dengan tubuhmu," ucap Lily meledek yang disambut senyuman kedua temannya juga pukulan dikepalanya oleh Vera.
"Ah ... sialan kamu Ve." gerutu Lily sambil merapikan rambutnya.
Sandra menghampiri Vera dan meraih brush dari tangannya lalu mulai merapikan riasan Vera.
"Ada yang berbeda dari Surya malam ini, mungkin dia akan meresmikannya."
Lily dan Tiara tersenyum menggoda Vera dari balik cermin.
"Apa yang harus kami resmikan? kita bukan sebuah bangunan."
Ketiga sahabatnya hanya bisa tersenyum dan menggeleng mendengar ucapan Vera.
"Kami tahu status kalian masih teman tapi mesra," goda Sandra.
"Teman tapi cinta," Lily ikut menimpali.
"Teman rasa pacar," Akhirnya Tiarapun ikut menggodanya.
Vera tidak bisa menyembunyikan rona merah di pipinya dan berusaha menutupinya dengan kalimat ketus, "Itu urusan dia bukan aku."
"Yakin? ... banyak juga yang ingin bersandar dihatinya lho," goda Tiara.
"Siapa?" tanya Lily penasaran.
Tiba-tiba pintu terbuka dan Erika masuk kedalam, membuat mereka terkejut. Secara bersamaan mereka saling menatap dan menertawakan Erika yang hanya diam mematung dan bingung sambil memegang handle pintu. Sadar menjadi bahan ejekan yang tidak ia tahu alasannya, Erika segera meninggalkan mereka dan keluar.
"Dia ...? Siapa yang mau melihatnya?" ejek Tiara.
"Lelaki terjelek disekolah inipun tidak mau mengajaknya di pesta dansa malam ini," imbuh Lily.
"Kamu tahukan gosip yang beredar di sekolah ini, kalau dia menyukai Surya." Sandra menyerahkan brush pada Vera lalu mulai mempercantik dirinya sendiri.
"Aku tahu." Vera menyemprotkan parfum sedikit menjauh dari tubuhnya.
"Aku tahu dia tidak datang untuk menyaksikan kita berlatih, tapi ingin mencuri perhatian dari Surya," lanjut Vera.
"Dan aku percaya kamu tidak peduli dengan semua perempuan di sekolah ini yang mengincar Surya, termasuk Erika, karena kamu tahu kamu sudah memenangkan pertandingan ini semenjak awal." Sandra tersenyum diikuti kedua rekannya lalu berjalan keluar.
"Ayo ... piala ratu dan raja dansa sudah menantimu dan Surya." Sandra menoleh dan menatap heran pada Vera yang hanya terdiam sambil tertunduk menatap tas kecil ditangannya.
Dengan senyum palsunya, Vera berjalan menghampiri sahabat-sahabanya lalu keluar menuju pesta perpisahan mereka.
"Kalian mulailah dulu, ada sesuatu yang harus aku lakukan," ucap Vera pada teman-temannya.
***
Roni menghampiri Surya di pojokan keramaian pesta perpisahan sekolah yang diadakan di lapangan basket kebanggaan mereka. Tampak Surya sedang gelisah mencari-cari keberadaan seseorang.
"Mereka sedang berada di toilet."
"Siapa?" Surya berpura-pura tidak paham dengan maksud Roni.
"Gadis-gadis kita." Roni memperjelas.
Surya mengangguk lalu meneguk segelas soda di tangannya, lalu menatap Roni yang bergerak mengikuti alunan musik disco yang sedang dimainkan DJ.
"Aku akan meresmikannya hari ini," ucap Surya dengan ragu-ragu.
Roni mendekatkan kepalanya, "Hah .... Meresmikannya?"
"Vera ... Aku dan Vera."
Kali ini Roni tampak terkejut dengan ucapan Surya, "Serius? Aku kira selama ini kalian sudah resmi pacaran karena kalian memang seperti sepasang kekasih."
Raut wajah Surya tampak berubah karena merasa Roni sedang mengejeknya.
"Aku serius, menurutmu kenapa kapten baket kita menunggu begitu lama untuk mengajak Vera berkencan, karena dia juga berpikir kalian berpacaran."