"Halo Roni, Erika, Vera ... perkenalkan aku Adam. Aku mahkluk asing yang hidup dalam tubuh Surya."
Suara Adam yang keluar dari dalam radio mobil mengejutkan Erika, Roni dan Vera, terutama Roni yang dengan tiba-tiba menghentikan laju mobilnya.
Beberapa mobil di belakang mereka membunyikan klakson berulang-ulang dan sebagian menambahkan umpatan karena aksi Roni yang berhenti mendadak di tengah jalan.
"Kenapa penyiar radio tahu nama kita?" ucap Roni tanpa berdosa setelah dia membelah jalanan lagi.
"Ron ..." Erika melirik Roni.
"Kamu bodoh atau pura-pura bodoh," ucap Vera ketus.
Roni menghela nafas, "Aku berharap itu tadi hanya lelucon."
"Apanya? Kebodohanmu atau suara diradio tadi," ejek Vera.
"Surya, tolong jelaskan pada kami apa yang sebenarnya terjadi padamu?"
"Aku bisa menjelaskannya?" Adam menawarkan diri pada Roni.
"Aaaku pikir biar Surya saja yang menjelaskan, aku belum terbiasa berbicara dengan radio."
Semua tersenyum mendengar permintaan Roni.
"Oh ...baiklah... aku bukan radio," gerutu Adam lirih.
"Sepuluh tahun lalu, pesawat milik Adam jatuh di pantai Indrayanti dan menyebabkan mobilku terlempar ke pantai."
"Tubuhku terluka dan aku harus segera mencari tubuh sementara untuk aku tempati." Adam menambahkan penjelasan dari Surya.
"Dan aku tebak, yang paling dekat adalah tubuh Surya." Vera menyalakan rokoknya.
Erika menatap tajam Surya, "Lalu bagimana kita yakin kalau kamu adalah sahabat kami, bukan alien yang mengendalikan tubuhnya ..."
"Erika ..." hardik Surya.
"Dia ada benarnya." Vera mendekatkan wajahnya pada Surya, "Kamu Surya atau alien?"
"Ron kenapa kamu diam saja? Dukung kami," teriak Vera pada Roni masih dengan wajah mendekat kearah Surya lalu menghembuskan asap rokok di wajahnya.
"Aku tidak bisa berpikir sekarang, hanya masih belum percaya hal ini terjadi pada kita, tentang alien dan orang-orang yang mengejar kita yang biasa kita lihat di film-film." Roni melampiaskan emosinya.
"Tidakkah kalian berpikiran sama sepertiku?" lanjutnya.
"Aku tidak meminta kalian untuk percaya pada apa yang aku katakan atau apa yang baru saja kalian alami. Kalian bisa turun di tempat aman dan aku akan pergi ke pantai sendiri."
Semua terdiam mendengar ucapan Surya.
Vera menyandarkan dirinya di kursi, "Dia menyakitimu atau mengancammu?"
"Tidak," jawab Surya.
"Aku hanya bisa mengendalikan otaknya bukan perasaanya. Aku yakin kalian akan bisa mengenali mana Surya yang asli atau bukan saat seluruh tubuhnya aku kendalikan."
"Kenapa sekarang? Bukankah kamu bisa mengendalikannya sepuluh tahun lalu dan pergi ke pantai sendiri?"
"Karena dia koma, bukan tertidur atau pingsan. Otaknya berhenti berfungsi."
Erika menatap Roni dan hanya mengangguk mendengar jawaban atas pertanyaanya.
"Sedikit yang kalian tahu, aku pikir itu akan lebih baik, demi keselamatan kalian. Biarkan aku pergi sendiri." Surya memegang bahu Roni lalu menatap Erika dan Vera bergantian, "Aku akan baik-baik saja."
Semuanya kembali terdiam. Roni perlahan memperlambat kecepatan mobilnya dan mengarahkannya ke tepi jalan lalu berhenti.
Erika dan Roni melepas sabuk pengamannya dan bersiap untuk keluar namun terhenti saat mendengar ucapan Vera.
"Kenapa kamu mau melakukan keinginanya? membahayakan dirimu sendiri hanya untuk mengantarnya ke pantai."
"Dia ..."
"Diam ... biar Surya yang menjawabnya," bentak Vera pada Adam.
"Mesin waktu," jawab Surya lirih.
"Sebuh mesin waktu yang dia miliki, yang bisa membawaku kembali ke masa sepuluh tahun lalu dan mencegah kecelakaan yang menimpaku terjadi."
Surya menahan air matanya dan berusaha tetap tegar, "Dan mengembalikan kedua orang tuaku."
Hati Vera seperti tercabik-cabik melihat wajah Surya yang menahan kepedihaan dihadapannya. Ingin dia memeluknya untuk menenangkannya seperti dulu saat Surya selalu memeluknya untuk menenangkannya, namun keberaniannya hanya sebatas sentuhan dan genggaman lembut ditangan Surya.
Roni hanya bisa menghela nafas lalu memukul-mukul kepalanya diatas kemudi sedang Erika menatap dengan simpati pada Surya.
"Kamu mempercayainya dan yakin dia tidak sedang berbohong atau memanfaatkanmu?"
Surya tersenyum pada Vera untuk pertama kalinya, "Akupun tidak sepenuhnya yakin Ve, tapi hanya dia kesempatanku satu-satunya untuk mengembalikan bapak dan ibu."
Vera menatap sesaat Surya lalu mematikan rokoknya dan berpaling pada Erika dan Roni.
"Aku akan mengantarnya, kalian pulanglah."
"Dan membiarkan sahabatku diantar olehmu, tentu tidak akan aku biarkan, lagipula dia masih menjadi tanggung jawabku pada ayahmu," ucap Roni tiba-tiba dengan sindiran pada Vera, "Dan aku tidak mau ditangkap polisi," gumam Roni lalu bersiap melanjutkan perjalanan namun tiba-tiba menoleh pada Erika.
"Dan kamu ... "
Erika memasang sabuk pengamannya kembali sambil menggerutu, "Aku pikir aku lebih baik disini daripada kembali ke rumah yang mungkin mereka masih disana."
"Dan carilah tempat untuk aku buang air kecil, demi Tuhan atau aku akan kencing di sini."
Roni tersenyum mendengar omelan Erika lalu melanjutkan perjalanan kembali.
Perlahan Vera melepas genggamannya lalu menelan beberapa pil yang dia ambil dari botol obat kecil di kantongnya.
"Apa ...?" bentak Vera pada Surya yang menatapnya, "Aku baik-baik saja, jangan kasihani aku."
***
Mobil mereka melaju menembus jalanan yang mulai sepi dan gelap. Hanya ada tanah lapang dan pohon-pohon sepanjang jalan di kawasan pantai-pantai Gunung Kidul.
"Kita sudah hampir sampai."
Pemberitahuan dari Roni mengagetkan semuanya yang sedang menatap kearah luar yang gelap.
"Turunkan Surya nanti di tepi pantai." Suara Adam masih keluar dari radio mobil.
"Dan kalian bisa kembali ..." tambah Surya.
"Kami akan menunggumu sampai dia kembali ke pesawatnya dan pulang ke planet asalnya lalu kita akan pulang bersama," potong Vera penuh emosi.
Dia terkejut saat tiba-tiba Surya memegang tangannya dan menatapnya dengan senyuman.
"Aku tidak akan kembali ..."
Semua terkejut dengan ucapan Surya.
"Aapa maksudmu ...?"
"Artinya dia tidak hanya mengantar mahkluk radio ke pantai tapi ikut ke planetnya." Roni menjelaskan pada Vera.
"Adam ... namaku Adam. Mesin waktu yang aku miliki ada di planetku, bukan di pesawatku ..."
"Hei guys ... itu kenapa pohonya bergerak ke arah kita."
Semua mata tertuju kearah pandangan Erika.
"Ron awas ..." teriak Surya dan Erika bersamaan.
Roni menambah kecepatannya dan berhasil menghindari pohon yang hanya sempat mengenai belakang mobil mereka dan membuatnya kehilangan kendali untuk sesaat.
"Apa yang terjadi?" tanya Roni panik.
"Itu salah satu dari mereka, sedang mengejar kita di belakang." ucap Adam.
Vera dan Surya menoleh ke belakang dan mendapati sebuah mobil sedang mengejar mereka.