Setinggi Puncak Sumatera

intan elsa lantika
Chapter #4

3. Tio Mulai Berani

Pagi ini, setelah mencuci Puti dikejutkan tempat jemurannya diambil alih oleh cowok sombong tetanggaya itu. Jemuran itu berada di antara rumah Puti dan rumah pak Amran, cahaya matahari pagi selalu tepat jatuh di jemuran itu. 

Ia sengaja meminta ayahnya untuk membuat jemuran di sana agar jemurannya tidak disamakan dengan jemuran tempat menjemur pakaian ayah dan ibunya, sehingga ia bisa menjemur pakaiannya sesuai warna agar terlihat rapi, terkadang jemuran Puti berderet pakaian berwarna pink lalu barisan selanjutnya biru atau berwarna putih dan beberapa baju yang berwarna lain ia khususkan lagi disatu deret.

Puti berjalan dengan wajah polos menuju jemuran, “Ehm,” Puti menatap sinis pakaian yang dijemur Tio. Tio tertawa kecil melihat wajah polos Puti. Dan ini adalah kali pertama Puti melihat Tio tertawa. 

“Di sana juga ada tempat jemuran kan?” Tio menunjuk ke arah belakang rumah Puti. 

“Di sana tempat jemuran pakaiannya papa sama mama!”

 “Ya sama, disana juga tempat jemuran ayah sama ibu,” jawab Tio tak mau kalah sambil menunjuk tempat jemuran yang berada di belakang rumahnya yang sudah penuh.

 “Tapi ini tempat jemuran khusus buat aku!”

“Yaudah, sekarang kekhususannya hilang, karena mulai sekarang aku juga boleh jemur di sini!” Tio tetap santai sambil menggantungkan kaus kaki berwarna dongker. 

“Eh, siapa yang bolehin?” tanya Puti sambil menyingkirkan kaus kaki yang baru dijemur Tio dan dimasukkannya kembali kedalam ember. 

“Mama kamu!” jawab Tio sambil mengangkat wajahnya memberi kode agar Puti melihat kebelakang. 

“Puti, udah! nggak apa-apa, biasanya kamu jemur pakaiannya juga nggak pernah sampai penuh kan?” 

“Iya, Ma!" jawab Puti lembut pada ibunya. Ia memalingkan wajah lalu mengangkat sebelah bibir.

"Lemah banget pertahanannya!" Tio meledek.

“Kalo bukan gara-gara mama, gak bakalan aku ngijinin kamu!” Puti berbicara sendiri sambil mulai menjemur kaos kaki pink disamping kaos kaki dongker milik Tio. 

Sepertinya Tio sudah selesai dengan pekerjaannya, “Aku masuk duluan ya,” Tio berbalik dan berjalan kearah rumah. 

“Eh, kamu nyuci sendiri?” tanya Puti penasaran. Tio hanya mengangguk dengan sedikit tersenyum dan berlalu masuk ke rumah.

***

“Pagi, Kakak!” sapa Puti sambil duduk di samping salah satu lukisan dengan wajah yang cemberut.

Dalli menghentikan tangannya yang menari-nari di kanvas dan mengalihkan pandangan pada Puti. 

“Kenapa?” 

 “Pengen liat kakak ngelukis aja!”

“Bukan itu! Tapi kamu kenapa cemberut?” 

Puti tak menjawab dan malah memperhatikan satu persatu lukisan Dalli. Dalli mengambil kuas kembali dan melanjutkan lukisannya. 

Lihat selengkapnya