Pagi ini sepertinya tempat jemuran menjadi hak milik Puti lagi, sepertinya Tio pagi ini tidak mencuci, “Kemana dia? Dari tadi belum kelihatan!” batin Puti clingak-clinguk menatap rumah Tio sambil terus menjemur pakaiannya. Eh! Tapi kan matahari memang belum tinggi mungkin Tio belum bangun.
“Aku pergi dulu bu, Assalamu’alaikum,” terdengar suara tegas dari depan rumah pak Amran.
“Sepertinya Tio,” batin Puti.
Tak lama, Tio pun muncul dengan seragam ketat yang menampakkan tubuhnya yang kekar dan memegang sebuah topi di tangan kanannya. Puti terkejut menatap Tio yang mengenakkan seragam sekolah pemerintahan.
Tiba-tiba puti teringat sesuatu, sebelum ia pulang ke Kerinci minggu lalu, saat Puti menyusul kakaknya di bandara Internasional Minangkabau Padang.
“Kamu dimana Puti? Kakak udah mau check in,” pesan masuk ke handphone Puti.
“Wait Kak! Please! aku udah di depan bandara,” balas Puti.
Saat turun dari taxi, Puti berlari untuk melihat kakaknya yang akan pergi ke Riau. Kakak Puti baru saja menikah satu bulan yang lalu dan sekarang harus berpisah dengan Puti karena harus tinggal bersama suami.
Mata puti liar mencari-cari, “Pake baju pink! Pake baju pink! Pake baju pink!” batin puti mencari-cari wanita cantik berbaju pink.
“Itu dia Kakak! Wait!” teriak Puti menunjuk kakaknya yang sudah mengantri untuk masuk.
Puti berlari untuk memanggil dari dekat, tanpa sengaja Puti menabrak seorang laki-laki dengan seragam dan menjatuhkan topinya. Bukan minta maaf, tapi Puti malah segera berlari dan, “Uups!” Puti menginjak topi yang ia jatuhkan. Tapi Puti belum punya waktu untuk meminta maaf, Puti jongkok dan mengambil topi yang diinjaknya dan laki-laki yang ia tabrak belum berkomentar sepatah katapun. Puti menatap laki-laki itu dan tersenyum, lalu memperhatikan kakaknya lagi.
Puti berlari dan memanggil kakaknya, akhirnya kakaknya menoleh dan segera menepi untuk memeluk Puti dari balik pembatas besi.
“Kamu baik-baik ya, Puti, sering-sering jengukin Kakak ya, love you!” Kakak Puti memeluk hangat Puti.
“Iya Kakak, love you too! Kakak saveflight ya.”
“Iya, Byee, Kakak udah telat!”
Puti menatap punggung kakaknya yang buru-buru hingga tak terlihat lagi.
“Huuh untung sempat ketemu!” batin Puti sambil menatap topi yang seperti topi polisi di tangannya.
Puti melihat ke belakang ternyata laki-laki yang ia tabrak masih menunggu dan menatap Puti dengan tatapan tajam dari jauh. Puti berjalan mendekat untuk mengembalikan topi itu.
“Maaf ya! Tadi aku buru-buru, aku nggak sengaja!” ujar Puti.
“Kamu tau itu apa? Bagi kami itu kepala!” jawab laki-laki itu tegas.
“Kamu bukan polisi kan?”
“Bukan.”
“Huhhh,” Puti menarik nafas lega.
“Kenapa kalau bukan polisi? Bagi kami topi itu tetap saja penting!”
“Iya maaf!” Puti menepuk topi di tangannya untuk membersihkan dan mengulurkan pada laki-laki itu.
“Aku bakal maafin kamu dengan 3 syarat! Pertama, saat kita ketemu lagi kamu harus mengenal aku! Kedua, kamu harus mau pergi jalan sama aku! Ketiga, kita harus punya 100 buah foto berdua. Ingat baik-baik ya!” laki-laki itu mengambil topinya dari tangan Puti dan langsung masuk ke dalam taxi.
Oh! Dia! Aku ingat dia siapa!