Puti berlari mengiringi brankar dorong rumah sakit yang membawa Dalli ke ruang IGD. Puti terus memegangi tangan Dalli yang tak sadarkan diri.
“Maaf, mbak silahkan tunggu di sini dulu.” ujar seorang suster menahan Puti agar tak ikut masuk ke ruang tindakan.
Puti bersandar pada dinding rumah sakit dan memperhatikan ibu Dalli yang sedari tadi tak henti-henti menangis. Puti terus menunduk karena tak tega melihat ibu Dalli, ia merasa tak kuat untuk menenangkan ibu Dalli. Bagaimana ia bisa menenangkan ibu Dalli? Sedangkan ia sendiri saja sangat cemas, dadanya serasa sesak takut terjadi apa-apa pada Dalli.
Puti terus menunduk dan memegangi dadanya yang terasa semakin nyeri dan Puti gelisah karena sangat ingin mengetahui keadaan Dalli.
“Bagaimana uni?” terdengar suara cemas laki-laki yang baru datang.
Puti mengangkat kepala, ternyata yang datang adalah om Andi yang tengah berdiri menatap sendu pada ibu Dalli yang air matanya selalu tumpah dan banjir hingga ke dada.
Ibu Dalli mengadahkan kepala dengan air mata yang masih saja mengalir menatap wajah adiknya.
“Bagaimana Dalli?” Tanya om Andi.
Ibu Dalli tak menjawab, lalu ibu Dalli berdiri dan langsung memukul-mukul dada om Andi untuk melampiaskan segala rasa yang tertahan di dadanya.
Om Andi terlihat berusaha menahan tangis, ia tak melawan dan hanya membiarkan ibu Dalli melampiaskan segala amarah dan emosi di dadanya.
“Kenapa harus anak ku?” suara ibu Dalli lirih dengan memelankan pukulan yang dilayangkan di dada om Andi.
Air mata Puti tumpah seketika, namun Puti masih diam enggan untuk beranjak dari tempat berdiri dengan mulut yang ditutup rapat.
Om Andi memeluk ibu Dalli yang terlihat sangat lemah dan masih terisak.
“Dalli akan baik-baik saja, uni harus tenang,” ujar om Andi menenanggkan.
“Kenapa harus Dalli!” suara ibu Dalli sekarang sedikit memekik.
Om Andi mengusap lembut punggung ibu Dalli untuk menenangkan lalu menuntun ibu Dalli untuk duduk agar lebih tenang.
Setengah jam suasana menjadi hening menunggu dokter yang memeriksa Dalli keluar.
Tak lama kemudian keluar seorang laki-laki yang sudah berumur mengenakkan jas putih dari ruang pemeriksaan Dalli.
Enam pasang mata menatap pada dokter yang berdiri di depan pintu dengan penuh harap.